Keteladanan Sang Khalifah, Kisah Umar bin Khattab dan Burung Pipit
Gambar : mediakeluarga.com
Sayyidina Umar bin Khattab dikenal sebagai khalifah yang bijaksana. Dia adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia mengemban amanat pemerintahan Islam dengan segenap jiwa raganya. Seluruh hidupnya hanya dicurahkan untuk Islam semata. Teladan-teladan yang diberikan Rasulullah kepadanya, mewarnai sifat kepemimpinannya.
Kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan adalah melihat-lihat sendiri keadaan rakyatnya. Suatu hari ketika Sayyidina Umar berjalan-jalan di pinggiran kota, tiba-tiba pandangannya tertuju pada segerombolan anak yang sedang mempermainkan seekor burung pipit. Sayyidina Umar tersentuh hatinya. Ia melihat burung itu sangat kepayahan dan hampir mati. Namun anak-anak tetap saja mempermainkan burung kecil yang sudah tidak berdaya itu.
Sayyidina Umar kemudian bermaksud hati untuk membeli burung itu, tujuan tidak lain adalah untuk melepaskan burung tersebut. Setelah burung itu dibeli, maka terbebaslah ia dari penderitaan. Ia bisa terbang kembali bersama-sama dengan teman-temannya yang lain.
Konon, ketika khalifah Umar bin Khattab telah wafat, seorang ulama besar bermimpi bertemu beliau. Dalam mimpi itu, ia menanyakan keadaan Umar bin Khattab : “Wahai, khalifah Umar, apa yang Allah lakukan terhadap dirimu?", tanya ulama tersebut. Kemudian Umar menjawab “Allah mengampuni diriku, dan melepaskanku dari tanggungan akhirat".
"Apakah semua ini terjadi karena kedermawananmu, sehingga Allah SWT mengampuni dan melepaskan engkau dari tanggungan akhirat? atau karena sifat adilmu? ataukah mungkin karena kezuhudanmu?", tanya ulama tersebut penasaran.
"Semua itu bisa saja melepaskanku dari tanggungan akhirat, namun bukan itu yang menyebabkan aku seperti ini", jawab Umar.
“Lalu amal apa apa yang engkau kerjakan sehingga menjadikan kamu berada dalam keadaan seperti ini?”, tanya ulama.
“Begini", jawab Umar dengan tenang. "Pada saat aku diletakkan di liang lahat, kemudian ditutup dengan tanah, dan mereka meninggalkan aku sendiri, seketika itu datanglah kepadaku dua malaikat yang sangat menakutkan, sehingga membuat pikiranku menjadi kabut. Persendianku terasa copot semua. Lalu kedua malaikat itu menarik dan mendudukan aku. Rupanya ia bermaksud mengajukan pertanyaan-pertanyaan padaku. Namun sebelum pertanyaan-pertanyaan itu diajukan kepadaku, tiba-tiba terdengar suara yang aku sendiri tidak tahu menahu dari arah mana datangnya. 'Wahai malaikat, tinggalkan hamba-Ku ini, dan jangan menakut-nakutinya', kata suara itu. 'Sesungguhnya aku mengasihinya dan melepaskan dia dari tanggungan pertanyaan-pertanyaanmu. Itu karena ia pernah mengasihi dan melepaskan seekor burung pipit sewaktu di dunia. Maka dari itu, sekarang aku juga mengasihi dan melepaskan dia dari tanggungan pertanyaan-pertanyaan yang akan memberatkan dia di akhirat nanti".
Demikianlah penjelasan khalifah Umar secara panjang lebar kepada ulama itu. Maka ketika ulama itu terbangun dari mimpinya, ia menyadari bahwa betapa pun juga kasih sayang, tidak hanya perlu ditujukan kepada sesama manusia. Namun harus dicurahkan pula kepada semua makhluk ciptaan Allah. Kita harus menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya. Kita tidak boleh menyakiti, menyiksa, menelantarkan atau bahkan membunuhnya dengan kejam. Bila kita berbuat aniaya terhadap mereka, maka kita akan mendapatkan murka Allah. Namun bila kita mau menyayangi dan mengasihi mereka, maka kasih sayang Allah juga akan tercurahkan kepada kita semua.
Kebiasaan yang tidak pernah ia tinggalkan adalah melihat-lihat sendiri keadaan rakyatnya. Suatu hari ketika Sayyidina Umar berjalan-jalan di pinggiran kota, tiba-tiba pandangannya tertuju pada segerombolan anak yang sedang mempermainkan seekor burung pipit. Sayyidina Umar tersentuh hatinya. Ia melihat burung itu sangat kepayahan dan hampir mati. Namun anak-anak tetap saja mempermainkan burung kecil yang sudah tidak berdaya itu.
Sayyidina Umar kemudian bermaksud hati untuk membeli burung itu, tujuan tidak lain adalah untuk melepaskan burung tersebut. Setelah burung itu dibeli, maka terbebaslah ia dari penderitaan. Ia bisa terbang kembali bersama-sama dengan teman-temannya yang lain.
Konon, ketika khalifah Umar bin Khattab telah wafat, seorang ulama besar bermimpi bertemu beliau. Dalam mimpi itu, ia menanyakan keadaan Umar bin Khattab : “Wahai, khalifah Umar, apa yang Allah lakukan terhadap dirimu?", tanya ulama tersebut. Kemudian Umar menjawab “Allah mengampuni diriku, dan melepaskanku dari tanggungan akhirat".
"Apakah semua ini terjadi karena kedermawananmu, sehingga Allah SWT mengampuni dan melepaskan engkau dari tanggungan akhirat? atau karena sifat adilmu? ataukah mungkin karena kezuhudanmu?", tanya ulama tersebut penasaran.
"Semua itu bisa saja melepaskanku dari tanggungan akhirat, namun bukan itu yang menyebabkan aku seperti ini", jawab Umar.
“Lalu amal apa apa yang engkau kerjakan sehingga menjadikan kamu berada dalam keadaan seperti ini?”, tanya ulama.
“Begini", jawab Umar dengan tenang. "Pada saat aku diletakkan di liang lahat, kemudian ditutup dengan tanah, dan mereka meninggalkan aku sendiri, seketika itu datanglah kepadaku dua malaikat yang sangat menakutkan, sehingga membuat pikiranku menjadi kabut. Persendianku terasa copot semua. Lalu kedua malaikat itu menarik dan mendudukan aku. Rupanya ia bermaksud mengajukan pertanyaan-pertanyaan padaku. Namun sebelum pertanyaan-pertanyaan itu diajukan kepadaku, tiba-tiba terdengar suara yang aku sendiri tidak tahu menahu dari arah mana datangnya. 'Wahai malaikat, tinggalkan hamba-Ku ini, dan jangan menakut-nakutinya', kata suara itu. 'Sesungguhnya aku mengasihinya dan melepaskan dia dari tanggungan pertanyaan-pertanyaanmu. Itu karena ia pernah mengasihi dan melepaskan seekor burung pipit sewaktu di dunia. Maka dari itu, sekarang aku juga mengasihi dan melepaskan dia dari tanggungan pertanyaan-pertanyaan yang akan memberatkan dia di akhirat nanti".
Demikianlah penjelasan khalifah Umar secara panjang lebar kepada ulama itu. Maka ketika ulama itu terbangun dari mimpinya, ia menyadari bahwa betapa pun juga kasih sayang, tidak hanya perlu ditujukan kepada sesama manusia. Namun harus dicurahkan pula kepada semua makhluk ciptaan Allah. Kita harus menyayangi binatang, tumbuh-tumbuhan dan yang lainnya. Kita tidak boleh menyakiti, menyiksa, menelantarkan atau bahkan membunuhnya dengan kejam. Bila kita berbuat aniaya terhadap mereka, maka kita akan mendapatkan murka Allah. Namun bila kita mau menyayangi dan mengasihi mereka, maka kasih sayang Allah juga akan tercurahkan kepada kita semua.
Demikianlah dapat dimengerti, bahwa karena kasih sayangnya Umar bin Khattab kepada binatang, yakni menolong burung pipit, akhirnya kasih sayang Allah tercurah-kan pula kepadanya dan menolongnya dari kesulitan-kesulitan di akhirat.
Sumber : Abu Nawas dan Terompah Ajaib, Karangan Imam Musbikin & Azis Mushoffa
Posting Komentar untuk "Keteladanan Sang Khalifah, Kisah Umar bin Khattab dan Burung Pipit"