Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam Bapak Para Nabi
Gambar : Kisah Nabi Ibrahim
Iblis ketika mereka diusir dari surga berjanji akan menggoda dan menyesatkan seluruh umat manusia dan iblis berhasil memenuhi janji tersebut. Jumlah manusia terus bertambah, mereka terbagi menjadi tiga golongan, menyembah kepada patung-patung berhala, menyembah kepada benda langit, dan menyembah kepada para raja.
Kala itu hiduplah seorang raja yang sangat berkuasa, dia adalah Raja Namrud dari Babilonia. Pada suatu malam, Raja bermimpi melihat kelahiran seorang bayi laki-laki dan kelak bayi itu akan menghancurkan kerajaannya. Raja Namrud merasa bahwa mimpinya itu sebuah pertanda buruk, maka dia pun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki yang lahir di Babilonia.
Di suatu daerah, Sepasang suami istri sedang ketakutan setelah mendengar perintah itu. Sang istri sedang hamil, suami yang bernama Azar berpesan agar istrinya terus bersembunyi di tengah hutan sampai istrinya melahirkan. Sang istri berkata kepada sang suami mungkin raja akan mengampuni mereka dan membiarkan bayi mereka lahir karena suaminya pematung paling hebat. Sang suami menjawab raja tetap akan membunuh bayi itu seandainya yang lahir nanti anak laki-laki.
Kemudian sang istri bersembunyi di dalam gua dan setelah itu Azar sesekali datang untuk menjenguknya sekaligus membawakan makanan serta keperluan lainnya. Hari kelahiran pun tiba dan sang istri melahirkan bayi laki-laki, mereka berdua begitu bahagia sekaligus takut jika raja menemukan anak mereka. Kemudian Azar berpesan agar istrinya tinggal disana lebih lama lagi.
Beberapa tahun kemudian, keadaan kota sudah kembali aman, Azar pun menjemput istri dan anaknya untuk pulang kembali ke rumah. Azar begitu bahagia bisa berkumpul bersama keluarganya, apalagi bayi laki-lakinya telah tumbuh menjadi anak yang cerdas, dialah Nabi Ibrahim. Setelah kembali berkumpul, Nabi Ibrahim mengetahui bahwa Ayahnya adalah seorang pembuat patung yang sangat terkenal.
Suatu hari Nabi Ibrahim bertanya, “patung Apakah ini ayah?, kedua telinganya besar lebih besar dari telinga kita”
Sang ayah tersenyum sambil menjawab “Itu adalah Marduh, Tuhan para Tuhan wahai anakku dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa”
Nabi Ibrahim merasa bingung bagaimana bisa ayahnya menciptakan Tuhan dan mengapa ada begitu banyak Tuhan. Nabi Ibrahim bertanya lagi
“lalu dari Apa tuhan-tuhan itu diciptakan Ayah”
Ini dari kayu pelepah kurma itu dari zaitun dan berhala kecil itu dari gadding, Lihatlah Alangkah indahnya, hanya saja Dia tidak memiliki nafas”
Mendengar jawaban ayahnya ini Nabi Ibrahim pun berkata “jika para Tuhan tidak memiliki nafas maka bagaimana mereka dapat memberikan nafas, bila mereka tidak memiliki kehidupan bagaimana mereka memberi kehidupan, wahai aku pasti mereka bukan tuhan”
Azar marah besar ketika mendengar jawaban anaknya itu, Nabi Ibrahim pun dipukul dan dihukum. Sejak saat itu Nabi Ibrahim membenci semua patung-patung berhala tersebut. Suatu ketika Nabi Ibrahim diajak oleh sang ayah ke perayaan besar. Semua orang berkumpul menjadi satu di ruang pemujaan, seorang dukun maju dan memulai ritual suci.
Tiba-tiba dukun tersebut berkata kepada patung berhala, Ya Tuhan Kami, lindungilah dan limpahkanlah rezeki mu”, teriakan dukun tersebut disambut meriah semua orang. Melihat semua orang begitu terlena, Nabi Ibrahim tidak menahan diri lagi, Nabi Ibrahim berteriak
“Hei dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu, apakah kamu yakin ia akan mendengar”
Seluruh orang yang hadir di tempat pemujaan itu marah kepada Ibrahim. Azar segera membawa anaknya Ibrahim pulang sebelum keadaan bertambah kacau. Sang ayah meminta agar Nabi Ibrahim merenung dan mengakui kesalahannya, namun rasa penasaran Nabi Ibrahim akan Tuhan tidak pernah padam, maka dia pun memutuskan mencari tuhannya sendiri.
Nabi Ibrahim keluar dari rumahnya menuju ke gunung, dia berjalan sendirian di tengah gelapnya malam. Dalam setiap langkahnya dia terus bertanya siapakah Tuhan itu? Sesampainya di gunung Nabi Ibrahim melihat langit yang luas, malam penuh dengan bintang yang berkelip, kemudian Ibrahim berkata inilah Tuhan itu, namun saat bintang tersebut menghilang Ibrahim pun berkata ”Tidak, bintang bukan tuhan, kemudian muncullah bulan yang bersinar dengan terangnya, kemudian Ibrahim berkata lagi “ Inilah tuhan itu” namun ketika pagi tiba semua bintang dan bulan di langit menghilang, barulah Nabi Ibrahim tersadar bahwa bulan juga bukan tuhan. Ketika pagi tiba matahari keluar dengan terangnya, Ibrahim kemudian berkata lagi, inilah tuhan itu, namun ketika matahari terbenam Ibrahim kembali menyadari kalau matahari tidak kekal dan tidak menjadi tuhan.
Saat itulah Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada Nabi Ibrahim bahwa hanya ada satu Tuhan yang harus disembah yaitu Allah subhanahu wa ta'ala, Nabi Ibrahim memantapkan hatinya untuk beriman hanya kepada Allah dan Allah pun mengangkat Nabi Ibrahim sebagai utusannya, tugas Nabi Ibrahim adalah mengembalikan Iman kaumnya hanya kepada Allah.
Nabi Ibrahim mulai berdakwah, dia menyeru kepada kaumnya untuk berhenti menyembah patung-patung berhala, matahari, bulan ataupun benda-benda langit lainnya, namun tidak ada satupun yang mau mendengar seruan Nabi Ibrahim itu. Perselisihan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya pun terjadi, meskipun mendapatkan banyak sekali halangan, Nabi Ibrahim tidak pernah menyerah, apa yang dilakukan Nabi Ibrahim ini memancing amarah sang ayah, hingga suatu hari Azar tidak bisa lagi menahan amarahnya, dia pun mengusir Nabi Ibrahim dari rumah.
Nabi Ibrahim pun memutuskan untuk keluar dari rumah ayahnya, sebelum pergi Nabi Ibrahim menyusup ke rumah ibadah milik Raja Namrud dan menghancurkan semua patung berhala yang ada di sana. Nabi Ibrahim menyisakan satu patung paling besar dan meletakkan sebuah kapak di lehernya, keesokan harinya semua orang di Babilonia gempar melihat semua patung Tuhan mereka hancur.
Raja Namrud marah besar dan memerintahkan untuk segera menangkap pelakunya. Kemudian ia memerintahkan juga agar mengumpulkan kayu akar yang banyak untuk membakar orang yang menghancurkan patung berhala sesembahan mereka.
Beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim tertangkap dan dibawa ke halaman istana. Raja Namrud bertanya “bukankah engkau yang telah menghancurkan patung-patung ini?” Nabi Ibrahim menjawab “Bukan” Raja Namrud tidak percaya pada jawaban tersebut dan terus mendesak agar Nabi Ibrahim mengaku. Pada saat itu, Nabi Ibrahim menjawab “Berhala yang paling besar itulah yang melakukannya, karena berhala tersebut satu-satunya yang tidak hancur, tanyakan saja kepadanya”
Tentu saja patung itu tidak akan bisa menjawab meskipun ditanya berulang kali. Hal ini membuktikan bahwa patung itu bukanlah Tuhan, namun semua ucapan Nabi Ibrahim itu justru membuat Raja Namrud semakin marah. Kemudian Nabi Ibrahim ditangkap, tangan dan kakinya kemudian diikat di atas kayu-kayu bakar yang telah disiapkan sebelumnya. Raja Namrud dan pengikutnya berharap Nabi Ibrahim akan berteriak memohon ampun kepada mereka.
Namun saat api dihidupkan, apa yang mereka harapkan tidak pernah terjadi. Nabi Ibrahim sama sekali tidak takut ataupun berteriak, dia terus berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, memohon perlindungannya, sambil berkata “Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Api yang terus membesar dan asapnya memenuhi udara, jelaganya membuat wajah orang-orang yang menonton menjadi hitam, namun api tersebut tidak membakar bahkan terasa dingin bagi Nabi Ibrahim. Ketika api padam dan asap menghilang, saat itulah Nabi Ibrahim melangkah keluar dari sisa-sisa kayu bakar tanpa terluka sedikitpun.
Peristiwa itu membuktikan bahwa Nabi Ibrahim memang istimewa dan semua yang diucapkannya adalah benar, namun bukti nyata itu ternyata tidak bisa membuat orang-orang sadar mereka terus memusuhi Nabi Ibrahim dan berusaha untuk mengusirnya, mereka tidak ingin hidup berdampingan dengan orang yang menghancurkan dan menghina Tuhan mereka.
Nabi Ibrahim pun sadar bahwa kaumnya tidak akan bisa berubah. Atas seizin Allah, Nabi Ibrahim pun pergi dari kotanya, dalam perjalanannya Nabi Ibrahim ditemani oleh dua umat yang percaya kepadanya mereka adalah Sarah wanita yang kelak akan menjadi istrinya dan Luth seorang pemuda yang kelak akan menjadi Nabi Allah.
Sumber : Kisah Para Nabi
Posting Komentar untuk "Kisah Nabi Ibrahim Alaihissalam Bapak Para Nabi"