Kisah Taubatnya Abu Lubabah Bin Abdul Munzir Sahabat Yang Berkhianat
Ilustrasi Sahabat Nabi (Film Umar)
Abu Lubabah Bin Abdul Munzir adalah salah satu sahabat rasulullah yang berasal dari kaum Anshar, diantara kaumnya dia termasuk yang pertama memeluk Islam. Abu Lubabah memiliki seorang istri dan seorang anak perempuan. seperti semua Penduduk Madinah lainnya dia begitu mengagumi sosok Rasulullah. Abu Lubabah dikenal sebagai orang yang taat dan baik hati. ketika kaum muslimin hijrah ke Madinah Abu Lubabah termasuk dalam golongan yang rela membagi harta untuk para saudara yang baru saja datang dari Mekkah tersebut.
Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan suku Aus yang merupakan suku dari istrinya, meskipun saat itu mereka belum bersedia untuk memeluk Islam. Suatu ketika kaum muslimin sedang bersiap-siap untuk Perang Badar, sama seperti pejuang lainnya Abu Lubabah merasa begitu semangat. Namun Rasulullah memiliki rencana lain saat itu Abu Lubabah dilarang ikut ke medan perang, sebagai gantinya dia mendapatkan tugas mulia yaitu menjaga keamanan kota Madinah. Abu Lubabah menerima tugas itu dengan penuh rasa haru dia berjanji akan menjalankan perintah Rasulullah dengan baik. Selama menjalankan tugasnya ia sering bolak-balik ke perbatasan untuk mencari kabar terbaru dari para kaum muslimin. Abu Lubabah bertekad untuk menjamin seluruh kebutuhan prajurit muslimin.
Kabar gembira akhirnya datang, pasukan muslimin berhasil meraih kemenangan dalam Perang Badar, mereka merayakan sukacita ini. Namun mereka diingatkan untuk tidak terlalu larut dalam keembiraan karena bahaya lain akan datang. Dan benar saja setelah perayaan gembira ini datang kabar bahwa Bani quraizah telah melanggar perjanjian damai yang dibuat antara kaum Yahudi yang tinggal di Madinah dengan Rasulullah, maka Rasulullah pun memerintahkan untuk mengepung mereka karena telah melanggar perjanjian. Bani Quraizah harus menanggung hukuman yang sangat berat.
Dalam upayanya menyelamatkan diri Bani Quraidzah bekerjasama dengan kaum Quraisy, di saat Rasulullah sibuk dengan pengepungan ini, sekelompok pasukan Quraisy membakar kebun milik kaum ansor, namun kekacauan itu tidak membuat Rasulullah dan pasukannya kendur, mereka tetap mengepung Bani Quraizhah, membatasi pasokan makanan mereka dan membuat mereka kesulitan.
Saat itu Bani Quaizah meminta ampun semua kaumnya kepada Rasulullah, berdasarkan musyawarah Rasulullah menyerahkan keputusan ini kepada Saad Bin Muadz, salah satu Pemimpin kaum Aus yang memiliki kedekatan dengan Bani Quraizhah. pemimpin Bani Quraizhah merasa gembira karena dia merasa Saad bin Mu’adz pasti akan berpihak pada mereka. namun saad bin Mu’adz sama sekali tidak mau bersepakat. Dia memberikan pilihan, beriman kepada Rasulullah, menerima hukuman mati atau berperang. Bani Quraidzah menolak untuk mengakui Rasulullah dan mereka pun tidak punya kemungkinan untuk berperang.
Pemimpin Bani Quraidzah mencari celah, Dia meminta Abu Lubabah dikirim untuk berdialog, karena mereka menganggap Abu Lubabah sekutu dari kaum Aus dari istri Abu Lubabah, dan rasulullah pun mengutus Abu Lubabah sebagai wakil dari beliau untuk berunding dengan Bani Quraidzah.
Abu Lubabah menerima permintaan tersebut, dia tidak curiga jika sebuah jebakan telah disiapkan untuknya. begitu Abu Lubabah tiba seluruh kaum laki-laki menyambutnya penuh haru, Sedangkan para wanita dan anak-anak menangis dengan pilu. Abu Lubabah merasa iba melihat penderitaan tersebut, hatinya yang lembut tidak bisa bersikap tegas, saat itulah pemimpin Bani quraizhah memanfaatkan keadaan. dia menyanjung Rasulullah sebagai orang yang Pemurah dan penyayang. dia juga menyanjung Abu Lubabah sebagai orang yang baik hati. bahwa Abu Lubabah tidak akan berpaling dari orang-orang yang menderita.
Kemudian Pemimpian Bani Quraidzah berkata : “Haruskah mereka menerima tawaran dari Muhammad?”. Abu Lubabah tidak menjawab, tangannya membuat gerakan menyayat di leher yang artinya tidak, kalian semua akan mati, Kejadian membuat Abu Lubabah telah berkhianat, karena telah membocorkan strategi Rasulullah, Hal ini terjadi karena Abu Lubabah merasa iba pada para wanita serta anak-anak yang terlihat menderita itu.Namun perbuatannya ini bisa saja mengacaukan rencana yang telah disusun oleh Rasulullah.
Dia pun kemudian segera berlari pulang, tidak berani kembali dan bertemu dengan Rasulullah. Abu Lubabah langsung menuju ke mesjid, dia merantai dirinya sendiri pada sebuah tiang mesjid, dan berjanji tidak akan melepaskan diri sebelum Allah menerima taubatnya, kemudian tidak pula makan dan minum. Setiap hari anaknya akan datang ke masjid untuk melepas rantainya sejenak, kemudian memasangnya lagi setelah selesai salat. Kejadian ini tidak diketahui oleh Rasulullah.
Ketika beliau kembali dan melihat kondisi Abu Lubabah, Beliau berkata bahwa Abu Lubabah telah berjanji kepada Allah, maka dia harus menunggu jawaban dari Allah. Namun jawaban tidak kunjung datang, kondisi Abu Lubabah semakin lemah dari hari ke hari. Setelah dirantai selama 6 hari akhirnya berita baik datang, Allah menurunkan surat at taubah ayat 102, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
Artinya : dan ada pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka mereka mencampur baukan pekerja yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk mudah-mudahan Allah menerima Taubat mereka, Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Q’S At Taubah : 102).
Rasulullah melepaskan Belenggu Abu Lubabah, karena hatinya merasa begitu malu, Abu Lubabah berniat untuk pergi dari Madinah dan menyumbangkan seluruh hartanya, namun Rasulullah berkata bahwa Abu Lubabah hanya dibenarkan menyumbang sepertiganya. Begitulah Abu Lubabah mendapat ampunan, baik dari Rasulullah maupun dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Ia juga memiliki hubungan yang baik dengan suku Aus yang merupakan suku dari istrinya, meskipun saat itu mereka belum bersedia untuk memeluk Islam. Suatu ketika kaum muslimin sedang bersiap-siap untuk Perang Badar, sama seperti pejuang lainnya Abu Lubabah merasa begitu semangat. Namun Rasulullah memiliki rencana lain saat itu Abu Lubabah dilarang ikut ke medan perang, sebagai gantinya dia mendapatkan tugas mulia yaitu menjaga keamanan kota Madinah. Abu Lubabah menerima tugas itu dengan penuh rasa haru dia berjanji akan menjalankan perintah Rasulullah dengan baik. Selama menjalankan tugasnya ia sering bolak-balik ke perbatasan untuk mencari kabar terbaru dari para kaum muslimin. Abu Lubabah bertekad untuk menjamin seluruh kebutuhan prajurit muslimin.
Kabar gembira akhirnya datang, pasukan muslimin berhasil meraih kemenangan dalam Perang Badar, mereka merayakan sukacita ini. Namun mereka diingatkan untuk tidak terlalu larut dalam keembiraan karena bahaya lain akan datang. Dan benar saja setelah perayaan gembira ini datang kabar bahwa Bani quraizah telah melanggar perjanjian damai yang dibuat antara kaum Yahudi yang tinggal di Madinah dengan Rasulullah, maka Rasulullah pun memerintahkan untuk mengepung mereka karena telah melanggar perjanjian. Bani Quraizah harus menanggung hukuman yang sangat berat.
Dalam upayanya menyelamatkan diri Bani Quraidzah bekerjasama dengan kaum Quraisy, di saat Rasulullah sibuk dengan pengepungan ini, sekelompok pasukan Quraisy membakar kebun milik kaum ansor, namun kekacauan itu tidak membuat Rasulullah dan pasukannya kendur, mereka tetap mengepung Bani Quraizhah, membatasi pasokan makanan mereka dan membuat mereka kesulitan.
Saat itu Bani Quaizah meminta ampun semua kaumnya kepada Rasulullah, berdasarkan musyawarah Rasulullah menyerahkan keputusan ini kepada Saad Bin Muadz, salah satu Pemimpin kaum Aus yang memiliki kedekatan dengan Bani Quraizhah. pemimpin Bani Quraizhah merasa gembira karena dia merasa Saad bin Mu’adz pasti akan berpihak pada mereka. namun saad bin Mu’adz sama sekali tidak mau bersepakat. Dia memberikan pilihan, beriman kepada Rasulullah, menerima hukuman mati atau berperang. Bani Quraidzah menolak untuk mengakui Rasulullah dan mereka pun tidak punya kemungkinan untuk berperang.
Pemimpin Bani Quraidzah mencari celah, Dia meminta Abu Lubabah dikirim untuk berdialog, karena mereka menganggap Abu Lubabah sekutu dari kaum Aus dari istri Abu Lubabah, dan rasulullah pun mengutus Abu Lubabah sebagai wakil dari beliau untuk berunding dengan Bani Quraidzah.
Gambar Ilustrasi : Sahabat Nabi
Abu Lubabah menerima permintaan tersebut, dia tidak curiga jika sebuah jebakan telah disiapkan untuknya. begitu Abu Lubabah tiba seluruh kaum laki-laki menyambutnya penuh haru, Sedangkan para wanita dan anak-anak menangis dengan pilu. Abu Lubabah merasa iba melihat penderitaan tersebut, hatinya yang lembut tidak bisa bersikap tegas, saat itulah pemimpin Bani quraizhah memanfaatkan keadaan. dia menyanjung Rasulullah sebagai orang yang Pemurah dan penyayang. dia juga menyanjung Abu Lubabah sebagai orang yang baik hati. bahwa Abu Lubabah tidak akan berpaling dari orang-orang yang menderita.
Kemudian Pemimpian Bani Quraidzah berkata : “Haruskah mereka menerima tawaran dari Muhammad?”. Abu Lubabah tidak menjawab, tangannya membuat gerakan menyayat di leher yang artinya tidak, kalian semua akan mati, Kejadian membuat Abu Lubabah telah berkhianat, karena telah membocorkan strategi Rasulullah, Hal ini terjadi karena Abu Lubabah merasa iba pada para wanita serta anak-anak yang terlihat menderita itu.Namun perbuatannya ini bisa saja mengacaukan rencana yang telah disusun oleh Rasulullah.
Dia pun kemudian segera berlari pulang, tidak berani kembali dan bertemu dengan Rasulullah. Abu Lubabah langsung menuju ke mesjid, dia merantai dirinya sendiri pada sebuah tiang mesjid, dan berjanji tidak akan melepaskan diri sebelum Allah menerima taubatnya, kemudian tidak pula makan dan minum. Setiap hari anaknya akan datang ke masjid untuk melepas rantainya sejenak, kemudian memasangnya lagi setelah selesai salat. Kejadian ini tidak diketahui oleh Rasulullah.
Ketika beliau kembali dan melihat kondisi Abu Lubabah, Beliau berkata bahwa Abu Lubabah telah berjanji kepada Allah, maka dia harus menunggu jawaban dari Allah. Namun jawaban tidak kunjung datang, kondisi Abu Lubabah semakin lemah dari hari ke hari. Setelah dirantai selama 6 hari akhirnya berita baik datang, Allah menurunkan surat at taubah ayat 102, Allah Subhanahu wata’ala berfirman :
Artinya : dan ada pula orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka mereka mencampur baukan pekerja yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk mudah-mudahan Allah menerima Taubat mereka, Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Q’S At Taubah : 102).
Rasulullah melepaskan Belenggu Abu Lubabah, karena hatinya merasa begitu malu, Abu Lubabah berniat untuk pergi dari Madinah dan menyumbangkan seluruh hartanya, namun Rasulullah berkata bahwa Abu Lubabah hanya dibenarkan menyumbang sepertiganya. Begitulah Abu Lubabah mendapat ampunan, baik dari Rasulullah maupun dari Allah subhanahu wa ta'ala.
Sumber : Kisah Sahabat Nabi
Posting Komentar untuk "Kisah Taubatnya Abu Lubabah Bin Abdul Munzir Sahabat Yang Berkhianat"