REAL OR UNREAL (Chapter 3 – Petunjuk)
Nada dering membangunkan Jay dari tidurnya. Dengan mata setengah terbuka, ia meraih ponselnya dan melihat nama yang tertera di layar.
"Udah dapat petunjuk?" suara Tia terdengar dari seberang.
Jay mengusap wajahnya, mencoba mengusir kantuk. "Bukan petunjuk, tapi... aku nemu surat perpisahan dari Kak Ji-hoon."
"Surat perpisahan?" Tia terdiam sejenak.
"Tapi... masih ada nomor terakhir yang kakakmu pakai nggak?"
"Masih, tapi udah nggak aktif lagi. Kenapa?"
"Coba kirim nomornya. Mungkin kita masih bisa dapat petunjuk..."
Jay tak berpikir dua kali. Ia segera mengetikkan nomor Ji-hoon dan mengirimkannya ke Tia. Setelah itu, ia bangkit dari kasurnya dan menyalakan laptop di meja.
Di tempat lain, Tia menatap layar laptopnya dengan serius. Ia melacak lokasi terakhir nomor Ji-hoon aktif, dan beberapa detik kemudian, sebuah titik merah muncul di peta digitalnya.
"Ini di mana...?" gumamnya.
Di layar, tampak sebuah gedung usang yang tampaknya sudah lama terbakar. Dinding-dindingnya menghitam, jendelanya pecah, dan sebagian bangunannya bahkan nyaris runtuh.
Tia menggigit bibir. Ini mencurigakan.
Tanpa membuang waktu, ia mengambil beberapa robot ciptaannya-tiga berbentuk semut dan tiga berbentuk nyamuk. Dengan cepat, ia menghubungkan mereka ke ponsel dan laptopnya.
"Ini bakal sedikit sulit..." pikirnya.
Tia sadar kalau ia butuh bantuan. Ia berlari ke garasi, mengambil helmnya, dan menyalakan motornya.
Saat melaju di jalan, matanya menangkap sosok familiar-seorang gadis yang tengah mengendarai Kawasaki Ninja ZX-25R 2025.
"Ruby?" gumamnya.
Gadis itu menoleh dan mengangkat tangannya. "Hai, Tia!"
Ruby, salah satu kerabatnya. Gadis cantik berkulit putih bersih dengan mata hitam yang tajam, rambut kecoklatan yang tergerai bebas. Wajahnya mengingatkan banyak orang pada ibunya, Charlize, sang supermodel, dan ayahnya, Galvan, aktor ternama. Tapi kepribadian Ruby? Jauh dari kesan anggun dan lembut seperti ibunya.
Alih-alih mengikuti jejak fashion keluarganya, Ruby lebih suka teknologi, balapan, dan... tawuran. Iya, tawuran. Kebiasaannya yang selalu mengajak orang berkelahi cuma karena "gabut" sering bikin keluarganya pusing.
Tapi satu hal yang pasti: Ruby berbakat di bidang teknologi. Ia pernah menjuarai turnamen adu robot, dan sejauh ini, belum ada yang bisa mengalahkannya.
"Aku nemuin orang yang tepat," kata Tia sambil membuka helm.
Ruby menaikkan alis. "ada apa kali ini?"
"Kita cari Kak Ji-hoon."
Senyum Ruby melebar. "Menarik."
Tanpa banyak bicara, mereka berdua langsung menuju rumah Tia. Begitu sampai, Ruby mengeluarkan laptopnya, dan mereka segera menghubungkan semua robot ke sistem.
"Ini Kak Ji-hoon," kata Tia sambil menunjukkan foto di layar. "Kalau kamu lihat dia, kasih tahu aku."
Ruby mengangguk. "Oke."
Mereka mulai menganalisis gedung usang itu. Namun, saat tak menemukan apa-apa, perhatian mereka beralih ke sebuah perusahaan yang berdiri di sebelahnya.
"Perusahaan ini punya 12 lantai," kata Tia. "Aku cek dari lantai 1 sampai 6, kamu dari lantai 7 sampai 12."
Ruby hanya mengangguk dan mulai menjalankan robotnya. Beberapa menit berlalu. Tak ada hasil.
"Gimana? Ada petunjuk?" tanya Tia.
Ruby menggeleng. "Tadi kamu bilang totalnya ada 12 lantai, kan?"
"Iya."
"Tapi aku cuma lihat 11."
Tia terdiam. "Maksudmu?"
"Dari luar, jelas ada 12 lantai. Tapi di dalam, tombol lift cuma sampai 11."
Tia langsung mengarahkan salah satu robot nyamuknya ke dalam lift. Benar, hanya ada 11 tombol. Tak ada yang aneh... tapi juga terasa mencurigakan.
Mungkinkah Ji-hoon ada di sana?
"Kita nggak boleh nyerah," kata Ruby.
"Kalau memang dia di sini, kita periksa semuanya."
Tia mulai memeriksa setiap tangga dari lantai ke lantai. Saat mencapai lantai 10, ia menyipitkan mata.
"Ruby, coba lihat. Antara lantai 10 dan 11, ukurannya agak beda." Ruby memperhatikan dengan saksama.
"Kamu benar. Ini lebih tinggi dari yang lain."
Tia mengendalikan salah satu robot semutnya. Robot itu mulai menggali celah-celah kecil di antara dinding dan lantai, mencari sesuatu yang tersembunyi.
Sementara itu, Ruby tetap di lift, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang mencurigakan.
"Ayo, Ji-hoon... kasih kita petunjuk," gumam Tia.
Mereka semakin dekat.
Bersambung ……………………………
Penulis : NAYLA AZKIA
Posting Komentar untuk "REAL OR UNREAL (Chapter 3 – Petunjuk)"