Tradisi Khurafat, Menjadikan Ketupat Sebagai Jimat
Gambar : ketupat (ist)
Siapa yang belum mengenal ketupat? Makanan yang terbuat dari beras dan terbungkus dengan anyaman daun kelapa muda (janur) ini telah menjadi simbol yang dikenal masyarakat nasional. Ketupat seakan identik dengan Iedul Fithri, ada Syawal ada ketupat. Bahkan lebih dari itu, dianggap sebagai simbol Islam, sebagaimana pohon Natal adalah simbol Nashrani. Ada apa dengan ketupat?
Sejauh ini, tidak ada satu pun sumber literatur maupun sejarah lisan yang memberikan informasi pasti, siapa pencipta ketupat, kapan pertama kali ketupat dibuat dan dari mana asalnya. Namun, siapa pun pembuatnya, tak seorang pun berhak mengklaim sebagai pemegang hak cipta, ketupat tergolong makanan yang diyakini keramat dan sarat berkat.
Bagi orang Jawa, ketupat bukan sekadar makanan. Ada nilai-nilai filosofis yang diyakini masyarakat. Asia Padmopuspito, seorang pakar Bahasa Jawa mengatakan, “Ketupat asal bahasanya kupat. Itu kependekan dari frasa “aku lepat", atau ngaku lepat yang artinya mengakui kesalahan.”
Ada jenis kupat yang disebut dengan kupat luar, sebagai simbol terlepas atau terbebas dari dosa. Ada juga mitos, bahwa ketupat bisa menyebabkan selamat. Baik dengan memakannya, atau dengan menggantungnya di rumah dan kendaraan.
Mitos tentang ketupat juga tampak dari berbagai tradisi yang diselenggarakan di berbagai daerah. Di Taman Jurug Solo biasa diadakan “Pekan Sawalan". Puncak acaranya berupa prosesi larung ketupat, yakni menghanyutkan sesaji ketupat di Bengawan Solo.
Di Wonogiri, puncak pekan Syawalan di Waduk Gajahmungkur Wonogiri, ditandai ritual andum rejeki melalui upacara tradisi sedekah bumibakdo kuþat, yakni menyebarkan 15.000 ketupat kepada massa pelancong. Ritual penyebaran ketupat itu, dianggap sebagai simbolisasi andum rejeki kepada masyarakat, dengan harapan mereka yang mendapatkan ketupat kelak akan dimudahkan dalam mencari rezeki.
Menurut pakar budaya KRHT.Dr.HC. Kalinggo Honggopuro, ketupat telah ada sejak zaman Jawa kuno. Makna kuþat dalam peradaban tersebut sebagai tolak bala (penolak kesialan) dan lambang kemakmuran. Itu terlihät dalam bahan pembuatannya yang dari beras serta bungkus janur kuning yang mewakili Dewi Sri dan Sadono sebagai perlambang dewa kemakmuran. Jadi, ketupat tidak ada sangkut pautnya dengan Islam, tak terkait juga dengan Iedul Fithri. Tidak ada larangan makan ketupat, tapi berat konsekuensi akidah seseorang yang meyakini ketupat sebagai jimat yang bisa mendatangkan manfaat dan madharat. Ini masuk dalam kategori syirik, Nabi bersabda,
Artinya : “Sesungguhnya mantera, jimat dan pelet adalah syirik.”(HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Wallahu a'lam.
Sumber : Abu Umar/ Ar risalah
Posting Komentar untuk "Tradisi Khurafat, Menjadikan Ketupat Sebagai Jimat"