Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Para Wanita Pejuang di Awal Mula Islam

Mengenal Para Wanita Pejuang di Awal Mula Islam
Gambar Ilustrasi (Ist)

Setelah diangkat menjadi nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW ditugaskan oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh umat manusia, dimulai dari orang-orang di sekitar beliau (suku Quraisy) dan seluruh pendudak Mekah. Karena ajaran agama yang dibawanya baru dan belum mempunyai pengikut, maka Muhammad memulai dakwahnya dengan cara sembunyi-sembunyi (sirriyah). Beliau memulainya dari kalangan keluarga dan orang-orang terdekatnya. Dan karena kegigihan dan kefasihan lisannya dalam berdakwah, maka beberapa dari mereka mulai tertarik kepada Islam, bahkan kemudian mengikrarkan diri beriman kepadanya.

Orang-orang yang beriman kepada Muhammad SAW pada masa-masa dakwah awal Islam (selama dakwah masih dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi) dinamakan "Al-Sabiqun Al-Awwalun", yang berarti “rombongan orang yang mula-mula menganut agama Islam”. Untuk menghindari aniaya dan penyiksaan kaum musyrikin Mekah, mereka menjalankan ibadah secara sembunyi-sembunyi di Darul Arqam, sebuah rumah besar milik Arqam bin Abi al-Arqam yang terletak di kaki bukit Shafa, dekat Mekah, yang sekarang lebih dikenal dengan Darul Khaizaran. Di antara orang-orang yang masuk dalam kategori Al-Sabiqun Al-Awwalun dari kalangan wanita adalah:

1. Khadijah binti Khuwailid


Ia isteri pertama Muhammad SAW. Ia dikenal masyarakat Mekah sebagai wanita terhormat dan kaya raya. Ia juga dikenal sebagai wanita yang cerdas dan mempunyai pengetahuan yang cukup luas tentang Injil. Ia bukan saja wanita pertama yang memeluk Islam, bahkan ia adalah orang pertama yang masuk Islam, baik dari kaum laki-laki maupun perempuan. Ia selalu setia mendampingi suami-nya (Muhammad) saat menghadapi masa-masa sulit di Mekah. Ia meneguhkan dan menguatkan hati Nabi ketika beliau diliputi kecemasan dan ketakutan saat pertama kali menerima wahyu. Bahkan, ia orang pertama yang menyatakan keimanannya kepada Muhammad untuk menguatkan moral beliau.

Jasa Khadijah terhadap perkembangan Islam sangat besar dan sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Ia mempergunakan seluruh akal dan pikirannya, kebijaksanaan dan tenaganya, harta benda dan jiwa raganya untuk kepentingan Islam, sehingga Muhammad pernah memberikan kabar gembira kepadanya bahwa Allah akan memberikannya istana di surga. Karenanya, kedudukan Khadijah di hati Muhammad tidak pernah bisa tergantikan oleh isteri-isteri beliau yang lain, termasuk oleh Aisyah sekalipun.

2. Ummu Aiman binti Tsa'labah

Ia budak dan pengasuh setia Muhammad sejak beliau masih kecil, yang kemudian dimerdekakan setelah beliau menikah dengan Khadijah. Ia wanita muslimah yang mempunyai jasa besar terhadap dakwah Islam. Bahkan meskipun wanita, ia tidak segan-segan turut terjun di medan perang untuk membantu pasukan Muslimin. Perjuangan dan heroisme Ummu Aiman di medan perang terlihat nyata saat terjadi Perang Uhud. Ia menunjukkan keberanian yang luar biasa, melebihi kaum pria sekalipun. Mula-mula ia bertindak sebagai juru rawat; mengobati tentara yang mendapat luka-luka dan mengurus perbekalan mereka. Tetapi pada saat yang kritis, ketika pasukan kaum Muslimin terpukul mundur oleh pasukan kafir, sehingga terpaksa ada yang melarikan diri, maka Ummu Aiman berteriak dengan lantang, “Mau ke mana kalian? Sungguh celaka, apakah kalian mau lari dari surga? Ambillah alat-alat penenun ini! Bertenunlah dan bawa ke mari senjata-senjata kalian."

Mendengar seruan Ummu Aiman yang heroik itu, pasukan Muslimin yang sebagian besar sudah tunggang langgang itu kembali berperang di sisi Muhammad, hingga akhirnya mampu memukul mundur pasukan musuh. Dalam Perang Uhud itu, Ummu Aiman turut berperang dengan berani, bahkan ia mengalami beberapa luka di tubuhnya.

3. Saudah binti Zam'ah

la wanita yang turut hijrah dalam rombongan kedua ke Ethiopia (Habasyah) dengan suaminya, Al-Sakran bin 'Amr untuk menghindari aniaya dari kaum kafir di Mekah. Ia kemudian pulang lagi bersama suaminya ke Mekah, namun tidak lama kemudian suaminya meninggal dunia. Ia tipe wanita yang tabah dan teguh hati dalam menghadapi kesulitan. Ia juga wanita yang kuat pendiriannya dalam memegang kebenaran Islam. Karenanya, setelah Khadijah wafat, Muhammad menikahinya dan menjadikannya isteri yang kedua setelah Khadijah.

Setelah Muhammad menikah dengan Aisyah di Madinah, malam gilirannya diberikan kepada Aisyah, karena ia merasa dirinya telah tua, ia juga bermohon kepada Muhammad agar tidak diceraikannya. Muhammad memang tidak menceraikannya, karena beliau menikahinya bukan karena alasan fisik, melainkan untuk memberinya perlindungan dan mengokohkan hatinya dalam Islam.

4. Fathimah binti Al-Khattab

Ia saudara perempuan Umar bin Al-Khattab yang menjadi isteri Sa'id bin Zaid bin Amr. Bersama suaminya, ia beriman kepada ajaran Muhammad dan turut berkumpul dengan kaum Muslimin yang lain untuk melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi di Darul Arqam pada saat awal-awal dakwah Islam. Padahal, hal itu sangat berisiko bagi dirinya, karena sang kakak (Umar bin Al-Khattab) pada waktu itu belum memeluk Islam dan menjadi penentang Islam yang paling ditakuti.

Benar saja, saat sang kakak mengetahui keislamannya, Fathimah pun mendapat tamparan keras darinya, sehingga mengalirlah darah dari muka dan sela-sela bibirnya. Tapi keteguhannya dalam mempertahankan Al-Qur'an yang ada di tangannya dari rampasan sang kakak, justru membawa berkah. Rasa penasaran Umar terhadap Al-Qur'an yang dipegang Fathimah membuat Umar merebut Al-Qur'an dari adiknya itu, dan kemudian membacanya. Atas izin Allah, peristiwa itulah yang justru mengantar Umar bin Al-Khattab ke dalam naungan Islam.

5. Ummu Rauman binti 'Amir

Ia isteri Abu Bakar Ash-Shiddiq yang dengan setia menemani sang suami dalam menyebarkan dakwah Islam bersama Muhammad. Ia tidak pernah mengeluh, meskipun kehidupannya bersama sang suami menjadi jauh lebih sulit, setelah suaminya memutuskan untuk menjadi pengikut setia Muhammad. Padahal sebelum masuk Islam, Abu Bakar termasuk saudagar (pedagang) yang sukses. Ia juga tidak pernah protes ketika harta benda yang dimilikinya dipergunakan suaminya untuk perjuangan Islam. Dari rahimnya yang mulia, lahirlah Aisyah (yang kemudian menjadi isteri Muhammad) dan Abdurrahman.

6. Ummu Salamah binti Abi Umayyah

Ia termasuk wanita yang turut berhijrah ke Ethiopia (Habasyah) bersama suaminya, Abu Salamah. Ia dan suaminya kemudian juga turut hijrah ke Madinah. Di Madinah (Yatsrib) inilah kemudian suaminya meninggal dunia. Dengan demikian, ia termasuk dalam golongan wanita-wanita Islam yang turut merasakan langsung masa-masa sulit dalam awal dakwah Islam. Setalah kematian suaminya, Ummu Salamah dinikahi oleh Muhammad, sebagai isteri beliau yang kelima, sesudah Hafshah.

7. Asma' binti Abu Bakar Al-Shiddiq

Ia pütri Abu Bakar yang sangat berjasa dalam perjuangan Is-lam. Ia wanita yang dengan tabah dan teguh hati menyimpan rahasia hijrahnya Muhammad dan kaum Muslimin ke Madinah dari kaum kafir Mekah. Meskipun untuk semua itu ia harus mendapat tamparan keras dari Abu Jahal yang mencoba mengorek keterangan dari mulutnya tentang keberadaan Muhammad dan Abu Bakar. la bahkan dengan setia mengantarkan makanan kepada Muhammad dan Abu Bakar yang sedang bersembunyi di Gua Tsur dalam perjalanan hijrah ke Madinah.

Lebih dari itu, Asma juga menjadi mata-mata yang senantiasa mengabarkan kepada Muhammad dan Abu Bakar tentang perkembangan dan reaksi yang terjadi di tengah-tengah kaum kafir Mekah, setelah mereka mengetahui beliau dan Abu Bakar telah meninggalkan Mekah. Muhammad yang sangat terkesan dengan perjuangan dan keberanian Asma' dalam membantu perjuangan Islam memujinya dengan tulus dan memberikannya gelar "Sabuk Allah".

8. Ummu Habibah binti Abi Sufyan bin Harb

Ia juga termasuk wanita yang turut hijrah dalam gelombang kedua ke Ethiopia (Habasyah) bersama dengan suaminya, Abdullah bin Jahsy. Tatkala suaminya masuk Nasrani di Ethiopia, ia dengan tegas dan tegar hati meminta fasakh (cerai) dari suaminya. Ia tipe wanita yang sangat teguh dan kuat dalam memegang prinsip. Ia juga berani mengambil sikap tegas terhadap apa yang dianggapnya benar. Ia berani memutuskan untuk memeluk Islam dengan segala risikonya, padahal pada waktu itu sang ayah, Abu Sufyan, adalah pembesar Mekah yang sangat memusuhi Islam. Setelah cerai dari suaminya, Abdullah bin Jahsy, ia kemudian dinikahi oleh Muhammad sebagai isteri yang ke-6, setelah Ummu Salamah.

Selain kedelapan wanita di atas, masih banyak lagi wanita muslimah yang masuk dalam kategori Al-Sabiqun Al-Awwalan, seperti Ummu Khair binti Sakhr (ibu Abu Bakar Ash-Shiddiq), Al-Zanirah Al-Rumiyah dan Labi'ah (budak 'Amir bin Al-Muamil), Ummu Abis (isteri Kuraiz bin Rabiah), Hamamah (ibu Bilal), Aminah binti Khalaf(isteri Khalid bin Sa'id), dan lain-lain.

Demikianlah peranan perjuangan para kaum wanita di awal mula datangnya Islam. Keteguhan mereka dalam berjuang dan mempertahankan keimanannya sangat patut dijadikan contoh oleh para muslimah saat ini.

Sumber : Muhammad, jejak-jejak Keagungan dam Teladan Abadi “Sang Nabi Akhir Zaman”, Saiful Hadi El-Sutha

Posting Komentar untuk "Mengenal Para Wanita Pejuang di Awal Mula Islam"