Isra Mi'raj, Lebih dari Sekadar Pelipur Lara Untuk Nabi Muhammad SAW
Meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah seolah-olah menjadi pukulan telak bagi Nabi Muhammad SAW. Setelah kepergian keduanya, beliau benar-benar berada dalam masa-masa yang sulit. Belum lagi sirna kesedihan karena kehilangan keduanya, beliau harus menghadapi tekanan dan gangguan kaum Quraisy yang datang secara bertubi-tubi. Kaum Quraisy seolah-olah tidak ingin membiarkan Nabi Muhammad istirahat sejenak dari gangguan mereka, bahkan sekadar untuk menarik nafas. Sebagai manusia biasa, Nabi Muhammad merasa sangat sedih dan berada dalam ketegangan yang luar biasa.
Pada masa-masa yang sulit inilah Allah berkehendak memperjalankan beliau dalam sebuah wisata spiritual yang sangat agung. Wisata itu bernama Isra Mi'raj. Pada malam Isra Mi'raj ini, beliau sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun binti Abu Thalib atau yang lebih dikenal dengan nama Ummi Hani'. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan Isra Mi'raj ini Nabi Muhammad SAW naik ke Sidratul Muntaha, meluncur dengan kecepatan superkilat yang sulit sekali untuk dilukiskan.
Dikisahkan oleh para ulama dan ahli sejarah bahwa dalam perjalanan dari Baitul Maqdis menuju langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi dan rasul yang diutus Allah sebelum beliau. Di langit lapis pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam. Dikisahkan bahwa di langit lapis pertama ini Nabi Muhammad juga melihat berbagai peristiwa yang merupakan perlambang bagi umatnya. Beliau melihat orang-orang yang moncong mulutnya seperti unta, dengan menggenggam bola-bola api di tangannya. Lalu bola api itu mereka lemparkan ke mulut sendiri. Jibril kemudian menjelaskan bahwa mereka adalah gambaran dari orang-orang yang suka memakan harta anak yatim secara tidak sah. Nabi Muhammad juga melihat orang-orang yang di hadapannya ada daging yang segar dan baik serta daging yang buruk dan busuk. Namun ternyata orang-orang itu justru memilih makan daging yang buruk dan busuk itu. Jibril menjelaskan lagi bahwa mereka itulah orang-orang yang suka berzina. Mereka mempunyai perempuan yang dihalalkan oleh Allah, namun lebih memilih perempuan yang diharamkan Allah. Nabi Muhammad SAW juga melihat perempuan-perempuan yang digantung pada buah dadanya. Oleh Jibril dijelaskan bahwa mereka itulah para perempuan yang suka memasukkan laki-laki lain yang bukan keluarga mereka. Masih banyak lagi kejadian aneh yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad sewaktu berada di langit lapis pertama ini.
Dari langit pertama kemudian Nabi Muhammad SAW meneruskan perjalanannya menuju langit ketujuh. Di masing-masing lapis langit berikutnya, beliau juga bertemu dengan para nabi dan rasul sebelum beliau. Di langit lapis kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit lapis ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf. Di langit lapis keempat bertemu dengan Nabi Idris. Di langit lapis kelima bertemu dengan Nabi Harun. Di langit lapis keenam bertemu dengan Nabi Musa, dan di langit ketujuh beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Di langit ketujuh ini Nabi Muhammad dapat melihat Malaikat Maut, Izrail. Dari langit ketujuh, Nabi Muhammad kemudian seorang diri membubung ke Sidratul Muntaha yang terletak di sebelah kanan 'Arsy. Nabi Muhammad SAW kemudian merasa seolah dibawa ke tempat yang maha tinggi. Beliau terpesona sekali melihat keindahan alam itu. Di tempat itulah beliau merasa seolah-olah bumi dan langit menjadi satu. Keduanya tampak hanya seperti sebutir biji di tengah-tengah ladang yang membentang luas. Begitulah seharusnya manusia menyadari posisinya di hadapan Allah, Raja semesta alam. Di tempat ini pula Nabi Muhammad SAW dapat bertemu dan melihat secara langsung Allah dengan persepsi beliau. Semuanya tidak bisa beliau lukiskan dengan kata, dan di luar jangkauan otak manusia. Dalam pertemuan inilah Allah kemudian mewajibkan Nabi Muhammad dan umat Islam untuk menjalankan shalat 50 kali sehari semalam.
Begitu Nabi Muhammad SAW turun dari Sidratul Muntaha dan melewati Nabi Musa, Nabi Bani Israel ini bertanya kepada Nabi Muhammad, “Apa yang diperintahkan Allah kepadamu?" Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku diperintah lima puluh kali shalat tiap-tiap hari.” Musa menyarankan agar beliau kembali menghadap Allah dan memohon keringanan kepadaNya, karena umat Islam pasti akan keberatan dengan kewajiban shalat 50 kali sehari-semalam itu. Kepada Nabi Muhammad, Nabi Musa meyakinkan, “Umatmu pasti tidak akan sanggup mengerjakan lima puluh kali shalat pada tiap hari. Demi Allah, aku sudah mencoba manusia sebelum engkau, yaitu umat Bani Israel. Sekarang kembalilah engkau kepada Tuhanmu, lalu mohonlah keringanan untuk umatmu kepada-Nya!”
Akhirnya Nabi Muhammad SAW pun kembali kepada Allah dan meminta keringanan, sehingga dikurangi menjadi 40 kali sehari semalam. Oleh Nabi Musa, 40 kali sehari-semalam itu juga masih dianggap sangat berat, sehingga Nabi Musa pun menyarankan agar beliau kembali lagi kepada Allah dan meminta keringanan lagi. Akhirnya jumlah shalat itu pun terus dikurangi oleh Allah hingga menjadi lima kali sehari semalam. Dalam peristiwa bolak-baliknya Nabi Muhammad ke hadirat Allah untuk meminta keringanan ini, Nabi Muhammad telah membuang jauh-jauh ego dan rasa malu beliau, demi kebaikan umat Islam. Beliau tidak mempedulikan lagi bagaimana penilaian Allah terhadap diri beliau, karena yang ada dalam benak beliau adalah bagaimana umatnya nanti tidak merasa terlalu berat atas kewajiban shalat yang ditetapkan oleh Allah. Semua itu wujud dari kasih sayang beliau terhadap umat manusia. Allah pun melihat ketulusan hati dan belas kasih beliau yang besar, sehingga Allah pun berkenan mengurangi kewajiban shalat itu menjadi hanya 5 kali saja sehari-semalam.
Setelah kembali dari Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW kemudian diajak jalan-jalan oleh Malaikat Jibril mengunjungi surga dan neraka. Kenikmatan surga yang tiada dapat terlukiskan dengan kata, membuat Nabi Nabi Muhammad tertegun sesaat untuk kemudian berdoa agar umatnya dapat memasukinya. Sebaliknya, ketika melihat kobaran api neraka yang demikian mengerikan, Nabi Nabi Muhammad hanya bisa berdoa semoga umatnya kelak dapat selamat darinya dan tidak akan dibakar di dalamnya untuk selama-lamanya. Setelah itu, barulah Nabi Muhammad dibawa Malaikat Jibril turun lagi ke bumi, tepatnya di Baitul Maqdis. Dari sinilah kemudian beliau kembali ke Mekah dengan mengendarai buraq, dan sampai di Mekah sebelum malam berakhir.
Perjalanan Isra Mi'raj benar-benar perjalanan yang indah dan sangat mengesankan bagi beliau. Ia juga merupakan salah satu mukjizat terbesar beliau yang akan selalu disebut-sebut orang sepanjang zaman. Isra Mi'raj benar-benar meniupkan semangat baru bagi Nabi Muhammad untuk tetap tegar dalam menyampaikan dakwah Islam. Pertemuan langsung beliau dengan Allah, dengan seluruh pengalaman rohani yang dilihatnya selama perjalanan Isra Mi'raj,telah menjadikan Nabi Muhammad melupakan segala kepedihan yang dialaminya dalam dakwah, bahkan juga kepedihan akibat ditinggal oleh Abu Thalib dan Khadijah. Yang ada dalam hati beliau kini adalah semangat membara untuk terus menyampaikan Islam kepada seluruh umat manusia.
Nabi Muhammad bahkan tidak merasa kecil hati meskipun dengan pengakuan beliau di hadapan orang-orang kafir Quraisy bahwa dirinya telah diisrami'rajkan oleh Allah, beliau banyak mendapat penghinaan dari mereka yang menuduhnya sebagai pembual dan orang yang telah gila. Nabi Muhammad juga tidak terlalu bersedih saat sebagian orang Islam juga ada yang murtad saat beliau menyampaikan telah diisra-mi'rajkan oleh Allah. Karena dengan peristiwa itu,Nabi Muhammad justru dapat mengetahui mana umatnya yang benar-benar tinggi keimanannya dan mana umatnya yang lemah keimanannya.
Isra Mi'raj benar-benar wisata spiritual yang dapat meng gugah semangat dan memperkokoh kepribadian beliau. Terlebih lagi dalam perjalanan Isra Mi'raj itu Allah juga memberi oleh-oleh berupa kewajiban shalat lima waktu, yang merupakan sarana komunikasi langsung manusia kepada Allah. Sungguh perjalanan Isra Mi'raj lebih dari sekadar perjalanan pelipur lara!
Sumber : Muhammad, jejak-jejak Keagungan dam Teladan Abadi “Sang Nabi Akhir Zaman”, Saiful Hadi El-Sutha
Gambar : Islami.co
Pada masa-masa yang sulit inilah Allah berkehendak memperjalankan beliau dalam sebuah wisata spiritual yang sangat agung. Wisata itu bernama Isra Mi'raj. Pada malam Isra Mi'raj ini, beliau sedang berada di rumah saudara sepupunya, Hindun binti Abu Thalib atau yang lebih dikenal dengan nama Ummi Hani'. Dikisahkan bahwa dalam perjalanan Isra Mi'raj ini Nabi Muhammad SAW naik ke Sidratul Muntaha, meluncur dengan kecepatan superkilat yang sulit sekali untuk dilukiskan.
Dikisahkan oleh para ulama dan ahli sejarah bahwa dalam perjalanan dari Baitul Maqdis menuju langit ketujuh, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi dan rasul yang diutus Allah sebelum beliau. Di langit lapis pertama, beliau bertemu dengan Nabi Adam. Dikisahkan bahwa di langit lapis pertama ini Nabi Muhammad juga melihat berbagai peristiwa yang merupakan perlambang bagi umatnya. Beliau melihat orang-orang yang moncong mulutnya seperti unta, dengan menggenggam bola-bola api di tangannya. Lalu bola api itu mereka lemparkan ke mulut sendiri. Jibril kemudian menjelaskan bahwa mereka adalah gambaran dari orang-orang yang suka memakan harta anak yatim secara tidak sah. Nabi Muhammad juga melihat orang-orang yang di hadapannya ada daging yang segar dan baik serta daging yang buruk dan busuk. Namun ternyata orang-orang itu justru memilih makan daging yang buruk dan busuk itu. Jibril menjelaskan lagi bahwa mereka itulah orang-orang yang suka berzina. Mereka mempunyai perempuan yang dihalalkan oleh Allah, namun lebih memilih perempuan yang diharamkan Allah. Nabi Muhammad SAW juga melihat perempuan-perempuan yang digantung pada buah dadanya. Oleh Jibril dijelaskan bahwa mereka itulah para perempuan yang suka memasukkan laki-laki lain yang bukan keluarga mereka. Masih banyak lagi kejadian aneh yang diperlihatkan kepada Nabi Muhammad sewaktu berada di langit lapis pertama ini.
Dari langit pertama kemudian Nabi Muhammad SAW meneruskan perjalanannya menuju langit ketujuh. Di masing-masing lapis langit berikutnya, beliau juga bertemu dengan para nabi dan rasul sebelum beliau. Di langit lapis kedua bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit lapis ketiga bertemu dengan Nabi Yusuf. Di langit lapis keempat bertemu dengan Nabi Idris. Di langit lapis kelima bertemu dengan Nabi Harun. Di langit lapis keenam bertemu dengan Nabi Musa, dan di langit ketujuh beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim. Di langit ketujuh ini Nabi Muhammad dapat melihat Malaikat Maut, Izrail. Dari langit ketujuh, Nabi Muhammad kemudian seorang diri membubung ke Sidratul Muntaha yang terletak di sebelah kanan 'Arsy. Nabi Muhammad SAW kemudian merasa seolah dibawa ke tempat yang maha tinggi. Beliau terpesona sekali melihat keindahan alam itu. Di tempat itulah beliau merasa seolah-olah bumi dan langit menjadi satu. Keduanya tampak hanya seperti sebutir biji di tengah-tengah ladang yang membentang luas. Begitulah seharusnya manusia menyadari posisinya di hadapan Allah, Raja semesta alam. Di tempat ini pula Nabi Muhammad SAW dapat bertemu dan melihat secara langsung Allah dengan persepsi beliau. Semuanya tidak bisa beliau lukiskan dengan kata, dan di luar jangkauan otak manusia. Dalam pertemuan inilah Allah kemudian mewajibkan Nabi Muhammad dan umat Islam untuk menjalankan shalat 50 kali sehari semalam.
Gambar Ilustrasi
Begitu Nabi Muhammad SAW turun dari Sidratul Muntaha dan melewati Nabi Musa, Nabi Bani Israel ini bertanya kepada Nabi Muhammad, “Apa yang diperintahkan Allah kepadamu?" Nabi Muhammad SAW menjawab, “Aku diperintah lima puluh kali shalat tiap-tiap hari.” Musa menyarankan agar beliau kembali menghadap Allah dan memohon keringanan kepadaNya, karena umat Islam pasti akan keberatan dengan kewajiban shalat 50 kali sehari-semalam itu. Kepada Nabi Muhammad, Nabi Musa meyakinkan, “Umatmu pasti tidak akan sanggup mengerjakan lima puluh kali shalat pada tiap hari. Demi Allah, aku sudah mencoba manusia sebelum engkau, yaitu umat Bani Israel. Sekarang kembalilah engkau kepada Tuhanmu, lalu mohonlah keringanan untuk umatmu kepada-Nya!”
Akhirnya Nabi Muhammad SAW pun kembali kepada Allah dan meminta keringanan, sehingga dikurangi menjadi 40 kali sehari semalam. Oleh Nabi Musa, 40 kali sehari-semalam itu juga masih dianggap sangat berat, sehingga Nabi Musa pun menyarankan agar beliau kembali lagi kepada Allah dan meminta keringanan lagi. Akhirnya jumlah shalat itu pun terus dikurangi oleh Allah hingga menjadi lima kali sehari semalam. Dalam peristiwa bolak-baliknya Nabi Muhammad ke hadirat Allah untuk meminta keringanan ini, Nabi Muhammad telah membuang jauh-jauh ego dan rasa malu beliau, demi kebaikan umat Islam. Beliau tidak mempedulikan lagi bagaimana penilaian Allah terhadap diri beliau, karena yang ada dalam benak beliau adalah bagaimana umatnya nanti tidak merasa terlalu berat atas kewajiban shalat yang ditetapkan oleh Allah. Semua itu wujud dari kasih sayang beliau terhadap umat manusia. Allah pun melihat ketulusan hati dan belas kasih beliau yang besar, sehingga Allah pun berkenan mengurangi kewajiban shalat itu menjadi hanya 5 kali saja sehari-semalam.
Setelah kembali dari Sidratul Muntaha, Nabi Muhammad SAW kemudian diajak jalan-jalan oleh Malaikat Jibril mengunjungi surga dan neraka. Kenikmatan surga yang tiada dapat terlukiskan dengan kata, membuat Nabi Nabi Muhammad tertegun sesaat untuk kemudian berdoa agar umatnya dapat memasukinya. Sebaliknya, ketika melihat kobaran api neraka yang demikian mengerikan, Nabi Nabi Muhammad hanya bisa berdoa semoga umatnya kelak dapat selamat darinya dan tidak akan dibakar di dalamnya untuk selama-lamanya. Setelah itu, barulah Nabi Muhammad dibawa Malaikat Jibril turun lagi ke bumi, tepatnya di Baitul Maqdis. Dari sinilah kemudian beliau kembali ke Mekah dengan mengendarai buraq, dan sampai di Mekah sebelum malam berakhir.
Perjalanan Isra Mi'raj benar-benar perjalanan yang indah dan sangat mengesankan bagi beliau. Ia juga merupakan salah satu mukjizat terbesar beliau yang akan selalu disebut-sebut orang sepanjang zaman. Isra Mi'raj benar-benar meniupkan semangat baru bagi Nabi Muhammad untuk tetap tegar dalam menyampaikan dakwah Islam. Pertemuan langsung beliau dengan Allah, dengan seluruh pengalaman rohani yang dilihatnya selama perjalanan Isra Mi'raj,telah menjadikan Nabi Muhammad melupakan segala kepedihan yang dialaminya dalam dakwah, bahkan juga kepedihan akibat ditinggal oleh Abu Thalib dan Khadijah. Yang ada dalam hati beliau kini adalah semangat membara untuk terus menyampaikan Islam kepada seluruh umat manusia.
Nabi Muhammad bahkan tidak merasa kecil hati meskipun dengan pengakuan beliau di hadapan orang-orang kafir Quraisy bahwa dirinya telah diisrami'rajkan oleh Allah, beliau banyak mendapat penghinaan dari mereka yang menuduhnya sebagai pembual dan orang yang telah gila. Nabi Muhammad juga tidak terlalu bersedih saat sebagian orang Islam juga ada yang murtad saat beliau menyampaikan telah diisra-mi'rajkan oleh Allah. Karena dengan peristiwa itu,Nabi Muhammad justru dapat mengetahui mana umatnya yang benar-benar tinggi keimanannya dan mana umatnya yang lemah keimanannya.
Isra Mi'raj benar-benar wisata spiritual yang dapat meng gugah semangat dan memperkokoh kepribadian beliau. Terlebih lagi dalam perjalanan Isra Mi'raj itu Allah juga memberi oleh-oleh berupa kewajiban shalat lima waktu, yang merupakan sarana komunikasi langsung manusia kepada Allah. Sungguh perjalanan Isra Mi'raj lebih dari sekadar perjalanan pelipur lara!
Sumber : Muhammad, jejak-jejak Keagungan dam Teladan Abadi “Sang Nabi Akhir Zaman”, Saiful Hadi El-Sutha
Posting Komentar untuk "Isra Mi'raj, Lebih dari Sekadar Pelipur Lara Untuk Nabi Muhammad SAW"