Bumi Ini Bulat Atau Datar, Berikut Penjelasannya Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang di dalamnya mengatur berbagai kejadian yang terjadi dalam kehidupan manusia. Al-Qur’an sangat sejalan ilmu pengetahuan, banyak penemuan-penemuan modern yang ditemukan manusia sebelumnya telah diceritakan dalam Al-Qur’an, termasuk bentuk bumi ini.
Isyarat bahwa bumi ini bulat sesungguhnya juga telah disampaikan secara halus oleh Rasulullah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya para sahabat, kemana perginya benda-benda angkasa yang tenggelam itu? Dan, darimana datangnya benda-benda angkasa yang terbit itu? Rasul menjawab, "Ia tetap berada di ternpatnya. Tidak berpindah dan bergeser. la tenggelam bagi satu kaum dan terbit bagi kaum yang lainnya. Ia tenggelam dan terbit pada satu kaum. (Dan dalam waktu bersamaan) satu kaum mengatakan ia tenggelam sementara kaum yang lain mengatakan ia terbit." (Musnad Imam Ably Ishak Al-Hamadaniy).
Hadits di atas menjelaskan bahwa matahari terus-menerus terbit dan terbenam. Saling bergantian di atas permukaan bumi. Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika bumi berbentuk bulat atau elips dan terus-menerus berputar mengelilingi porosnya di hadapan matahari sehingga terjadilah siang dan rnalam secara bergantian di atas permukaannya.
Fenomena menarik dari kebulatan bumi ini adalah posisi terbit benda-benda langit. Matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya akan menghilang dari pandangan penduduk bumi di satu kawasan dan terbit di kawasan yang lain. Benda-benda angkasa ini beredar pada garis orbit tertentu, tidak bergeser dan pindah sedikit pun. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
“ ....dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (Q.S Yassin: 40)
Dulu manusia percaya bahwa bumi ini datar dan diam. Gereja pada saat itu juga mempercayainya, bahkan kalangan gereja saat itu tidak segan-segan menghukum mati orang yang menyampaikan teori bumi bulat. Demikian hal di Jazirah Arab, Tidak ada seorangpun di Jazirah Arab pada masa turunnya wahyu Allah ini yang mengetahui fakta bulatnya bumi dan perputarannya. Tak ada juga yang tahu pergerakan bulan, matahari atau benda-benda langit lainnya.
Al-Qur'an lalu menceritakan bahwa bumi itu bulat, perputarannya mengelilingi porosnya dihadapan matahari. Dan perputarannya mengelilingi matahari dalam garis edarnya. Isyarat-isyarat ini disampaikan secara implisit dan halus sehingga tidak rnernbuat panik kaum pedalarnan padang pasir sekaligus tetap rnenjaga hakikat keilrniahannya secara sempuma.
Di antara ayat AI-Qur'an yang bercerita tentang ini adalah,
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S Az-Zumar: 5)
Pada masa Khalifah Al-Ma’mun sernpat dilakukan pengukuran luas bumi dengan sangat teliti. Ini didasari oleh keyakinan bahwa bumi ini bulat. Al-Biruni juga membagi bola bumi menjadi garis-garis bujur dan lintang berdasarkan keyakinan Pendapat ini kemudian dituangkan dalam kitab berjudul Tahdid Nihayan Al-amakin – li tahhih masafatAl-masakin (Penentuan Ujung Tempat-Tempat Untuk Meluruskan Jarak Permukiman). Kitab ini rampung pada tahun 416 Hijriah atau 1040 Masehi.
Sumber : Hidayatullah.com
Isyarat bahwa bumi ini bulat sesungguhnya juga telah disampaikan secara halus oleh Rasulullah. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya para sahabat, kemana perginya benda-benda angkasa yang tenggelam itu? Dan, darimana datangnya benda-benda angkasa yang terbit itu? Rasul menjawab, "Ia tetap berada di ternpatnya. Tidak berpindah dan bergeser. la tenggelam bagi satu kaum dan terbit bagi kaum yang lainnya. Ia tenggelam dan terbit pada satu kaum. (Dan dalam waktu bersamaan) satu kaum mengatakan ia tenggelam sementara kaum yang lain mengatakan ia terbit." (Musnad Imam Ably Ishak Al-Hamadaniy).
Hadits di atas menjelaskan bahwa matahari terus-menerus terbit dan terbenam. Saling bergantian di atas permukaan bumi. Hal ini tidak mungkin terjadi kecuali jika bumi berbentuk bulat atau elips dan terus-menerus berputar mengelilingi porosnya di hadapan matahari sehingga terjadilah siang dan rnalam secara bergantian di atas permukaannya.
Fenomena menarik dari kebulatan bumi ini adalah posisi terbit benda-benda langit. Matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya akan menghilang dari pandangan penduduk bumi di satu kawasan dan terbit di kawasan yang lain. Benda-benda angkasa ini beredar pada garis orbit tertentu, tidak bergeser dan pindah sedikit pun. Ini sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,
“ ....dan masing-masing beredar pada garis edarnya." (Q.S Yassin: 40)
Dulu manusia percaya bahwa bumi ini datar dan diam. Gereja pada saat itu juga mempercayainya, bahkan kalangan gereja saat itu tidak segan-segan menghukum mati orang yang menyampaikan teori bumi bulat. Demikian hal di Jazirah Arab, Tidak ada seorangpun di Jazirah Arab pada masa turunnya wahyu Allah ini yang mengetahui fakta bulatnya bumi dan perputarannya. Tak ada juga yang tahu pergerakan bulan, matahari atau benda-benda langit lainnya.
Al-Qur'an lalu menceritakan bahwa bumi itu bulat, perputarannya mengelilingi porosnya dihadapan matahari. Dan perputarannya mengelilingi matahari dalam garis edarnya. Isyarat-isyarat ini disampaikan secara implisit dan halus sehingga tidak rnernbuat panik kaum pedalarnan padang pasir sekaligus tetap rnenjaga hakikat keilrniahannya secara sempuma.
Di antara ayat AI-Qur'an yang bercerita tentang ini adalah,
"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S Az-Zumar: 5)
Pada masa Khalifah Al-Ma’mun sernpat dilakukan pengukuran luas bumi dengan sangat teliti. Ini didasari oleh keyakinan bahwa bumi ini bulat. Al-Biruni juga membagi bola bumi menjadi garis-garis bujur dan lintang berdasarkan keyakinan Pendapat ini kemudian dituangkan dalam kitab berjudul Tahdid Nihayan Al-amakin – li tahhih masafatAl-masakin (Penentuan Ujung Tempat-Tempat Untuk Meluruskan Jarak Permukiman). Kitab ini rampung pada tahun 416 Hijriah atau 1040 Masehi.
Sumber : Hidayatullah.com
Posting Komentar untuk "Bumi Ini Bulat Atau Datar, Berikut Penjelasannya Menurut Al-Qur’an"