Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Hindun Binti Utbah Radhiallahu ‘Anha, Dari Pembenci Menjadi Pejuang Islam Yang Tangguh

Foto : Pejuang wanita Islam (sumber : siaplimau.com)

Kisah Hindun binti khotbah sangat berbeda dari kisah-kisah lainnya. Dia berasal dari keluarga Quraisy yang sangat membenci Islam. Ayahnya selalu menghina dan memusuhi orang-orang Islam, dia juga sering menganiaya para budak yang ketahuan memeluk Islam. Dari ajaran keluarga yang seperti itu Hindun pun tumbuh dengan hati yang membenci Islam serta Rasulullah. Dia sangat memuja ayahnya dan ingin menjadi seperti ayahnya seorang seorang pemimpin yang bisa membawa kemenangan bagi keluarganya. Karena itulah Hindun belajar dan berlatih dengan keras, Hindun termasuk wanita yang pandai berbicara, mampu membuat syair dengan sangat baik dan pemberani, dia juga kuat dan mampu bertarung layaknya prajurit laki-laki.

Perang Badar pecah antara kaum Quraisy dengan kaum muslimin, perang itu sangat besar, banyak korban dari kedua belah pihak dan peperangan Ini akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimi. Dalam perang ini Hindun kehilangan ayah, saudara laki-laki dan pamannya sekaligus. Kebencian Hindun kepada kaum muslimin semakin besar, di bawah kepemimpinan suaminya suku Quraisy menghimpun kekuatan yang besar.

“Llihat saja, aku akan membalas dendam kepada kalian berkali lipat lebih kejam” ucap Hindun.

Pasukan Quraisy menyerang balik kaum muslimin dan berhasil membunuh Hamzah orang yang telah membunuh ketiga keluarganya. Hindun membelah dada Hamzah dan menngambil jantungnya kemudian menguyahnya. Hindun pun naik ke batu besar dan mengumumkan kemenangannya serta keberhasilannya membalas dendam. 

Suku Quraisy menguasai kota Mekah selama bertahun-tahun, berbagai perjanjian damai dibuat untuk menghindari peperangan, salah satunya adalah perjanjian hudaibiyah yang berisi tentang perjanjian damai selama 10 tahun. Namun sayangnya suku Quraisy melanggar perjanjian tersebut. Setelah bertahun-tahun keluar dari Mekkah, pasukan Rasulullah semakin besar, ketika perjanjian itu dilanggar, Rasulullah beserta 10.000 pasukannya bergerak ke kota Mekah, suku Quraisy kemudian mengutus Abu Sufyan suami Hindun untuk melakukan negosiasi.

Rasulullah menolak permintaan damai tersebut, pasukan muslimin mengepung Kota Mekah dari berbagai penjuru. Disinilah Rasulullah menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Kota Mekah berhasil direbut tanpa adanya pertumpahan darah. Rasulullah tidak mengizinkan pasukannya untuk membunuh. Peristiwa besar itu disebut dengan Fathu Makkah, seluruh berhala di sekitar Ka'bah dihancurkan dan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam mengutus Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan pertama kalinya, Kaum muslimin pun berbondong-bondong melakukan shalat di depan Ka'bah.

Hindun benci melihat pemandangan itu, dan dia lebih benci lagi ketika mengetahui bahwa suaminya Abu Sufyan ternyata telah memeluk Islam. “Sungguh kamu adalah pemimpin yang paling buruk, Bagaimana bisa kamu meninggalkan kaummu sendiri” tanya Hindun kepada suaminya.

Setiap hari Hindun melihat kaum muslimin berbondong-bondong ke Ka'bah untuk melakukan shalat. Semakin lama dia melihat, tumbuh rasa kagum di hatinya dan akhirnya Cahaya Islam pun datang kepadanya. Hindun berkata kepada suaminya, “Aku ingin menjadi pengikut Muhammad”.

Hindun dan suaminunya bersumpah setia kepada Rasulullah, belum lama mereka memeluk Islam rasulullah wafat meninggalkan semua umatnya, Hindun merasa sangat menyesal karena terlalu lama memusuhi Islam sehingga waktunya untuk mengenal Rasulullah sangatlah singkat.

Sepeninggal Rasulullah perang Yarmuk pecah, Hindun dengan gagah berani terjun ke medan tempur, kaum muslimin memperoleh kemenangan dari satu perang Satu perang ke perang lainnya. Jasa Hindun sangatlah besar, Allah senantiasa melindungi Hindun dalam setiap peperangan hingga akhirnya Hindun meninggal dunia dalam damai pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab.

Sumber : Kisah-kisah Islami  



Posting Komentar untuk "Kisah Hindun Binti Utbah Radhiallahu ‘Anha, Dari Pembenci Menjadi Pejuang Islam Yang Tangguh"