Kisah Pemuda Ashabul Ukhdud dan Pengorbanan Orang-Orang Yang Beriman
Gambar : Kisah Islami
Rasulullah saw pernah bercerita tentang kisah seorang pemuda, yang di dalam Al-Quran disebut dengan "Ashabul Ukhdud". Kisah bermula, pada zaman dahulu, ada seorang raja yang memelihara tukang sihir. Sang Raja sangat membutuhkan tukang sihir sebagai penasehat untuk mempertahankan kekuasaannya. Saat tukang sihir menginjak usia lanjut, ia menasehati raja untuk mencari seorang pemuda guna dijadikan kader sebagai penggantinya bila kelak ia sudah mati. Setelah berkeliling seluruh negeri, akhirnya ditemukan seorang pemuda dan mulailah diajarkan sihir kepadanya.
Setiap harinya ketika akan ke rumah tukang sihir, sang pemuda melewati depan rumah seorang alim yang selalu mengajarkan ilmu agama. Hingga pada suatu ketika, saat pemuda itu akan berangkat menuju ke rumah tukang sihir, ia berhenti dan mulai mendengar petuah-petuah sang alim dan akhirnya ia tertarik dengan ajaran-ajaran yang diberikan. Akibatnya, sejak saat itu, sang pemuda sering terlambat datang ke rumah tukang sihir, dan tak jarang ia mendapatkan hukuman dari tukang sihir.
Terhadap kejadian yang menimpanya di rumah tukang sihir, hal itu disampaikan kepada sang alim, maka sang alim tersebut menyarankan, "Jika kamu takut dihukum tukang sihir, jelaskan kepadanya bahwa kamu terlambat karena disuruh ibumu. Dan jika kau terlambat pulang ke rumah, maka jelaskan kepada ibumu bahwa kau masih diberi pelajaran oleh tukang sihir".
Suatu ketika ia sedang berjalan-jalan. Tiba-tiba dilihatnya ada seekor hewan yang mengganggu perjalanan orang. Pemuda itu berkata dalam hatinya, “Hari ini aku ingin tahu pasti, ajaran siapakah yang benar, apakah ajaran tukang sihir ataukah ajarannya sang alim?". Kemudian, diambilnya sebuah batu seraya berkata, "Ya Allah, jika ajaran sang alim itu yang lebih baik, maka bunuhlah binatang itu!", Kemudian dilemparkannya batu itu ke arah binatang tersebut dan matilah binatang itu seketika.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepada sang alim. Dan sang alim pun berkata kepadanya, “Sekarang kau lebih hebat dariku. Tapi ingatlah! Suatu ketika engkau akan mendapat cobaan yang cukup berat. Maka pada saat itu, janganlah engkau sekali-kali menyebut namaku".
Alkisah, pemuda itu diberi karunia oleh Allah SWT berupa kepandaian untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hingga akhirnya sampailah ia diundang ke istana raja, untuk menyembuhkan kawan raja yang sedang menderita sakit buta mata.
“Jika engkau dapat menyembuhkan penyakitku, maka semua barang-barang yang ada di sini akan kuhadiahkan kepadamu", kata kawan raja tersebut.
Sang Pemuda menjawab "Aku tidak bisa menyembuhkan penyakitmu, sebab yang menyembuhkan penyakitmu adalah Allah SWT. Maka jika kamu beriman kepada-Nya, aku akan berusaha dengan berdoa agar Dia menyembuhkan penyakitmu".
Karena permintaan sang pemuda yang demikian, maka kawan raja itu menuruti, dan berimanlah ia sejak saat itu kepada Allah SWT. Dengan kehendak Allah SWT, akhirnya ia dapat melihat kembali.
Sang raja menjadi heran tatkala mengetahui kawannya itu telah sembuh dan bisa melihat kembali. Raja kemudian bertanya "Siapakah yang dapat menyembuhkan penyakitmu?"
“Rabbku", jawabnya.
"Adakah engkau percaya bahwa ada rabb (Tuhan) selain aku?", tanya sang raja kemudian.
“Ada tuan. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT", jawabnya tanpa pikir panjang.
Mendengar Jawaban tersebut, Sang raja pun menjadi mara. Kawannya itu pun kemudian disiksa dengan kejam agar ia mau kembali kepada agama raja. Tetapi ia tetap kuat pendiriannya. Meskipun sang raja berulang kali memukuli dan menyiksanya, namun imannya tidak sedikit pun berubah. Tetapi ketika kawan itu ditanya oleh sang raja, siapakah yang mengajarkan padanya bahwa ada tuhan selain dirinya, ia menjawab, “seorang pemuda dengan ciri-ciri demikian...dan bernama demikian...".
Maka dipanggillah pemuda itu untuk menghadap raja. Pemuda itu kemudian ditanya, “Apakah kamu yang menyembuhkan kawanku ini?"
“Aku tidak dapat menyembuhkan", jawab pemuda itu. “Akan tetapi yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah SWT".
Mendengar jawaban itu, sang pemuda pun kemudian disiksa pula. Siksaan yang ditimpakan kepada pemuda ini lebih keras dan sangat kejam. Hingga akhirnya ia terpaksa mengatakan darimana ia mendapatkan ilmunya tersebut.
Sang raja pun memutuskan untuk memanggil sang alim. Setelah sang alim menghadap, iapun dipaksa untuk meninggalkan agamanya. Namun ia menolak. Ia hanya berkeyakinan, bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT. Melihat sikap sang alim yang bersikeras tidak mau meninggalkan agamanya, sang raja akhirnya memerintahkan kepada para algojo untuk memenggal kepalanya. Kemudian digergajinya kepala sang alim itu hingga terbelah dua. Demikian pula kawan raja itu, karena ia juga tetap beriman kepada Allah SWT, tubuhnya pun digergaji sampai kepalanya lepas dari badannya.
Kemudian didatangkan pula si pemuda dan disuruh meninggalkan agamanya. Tetapi ia tidak mau. Maka sang raja memerintahkan kepada para algojo-algojo tersebut untuk membawa pemuda itu ke atas bukit. Raja memerintahkan kalau ia tidak mau murtad, agar dilemparkan saja dari atas bukit. Akan tetapi ketika sampai di atas bukit, pemuda itu kemudian hanya bisa berserah diri kepada Allah SWT, seraya berdoa, “Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka ini sekehendak-Mu!"
Tiba-tiba, bergeraklah bukit itu hingga semua algojo sang raja itu terjatuh ke bawah bukit. Mengetahui kejadian itu, sang raja kemudian memerintahkan kepada para algojonya yang lain agar pemuda itu dilempar ke laut. Bila tidak mau murtad agar dilempar ke tengah laut. Akan tetapi ketika sampai di tengah laut, pemuda itu berdo'a kembali, “Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka sekehendak-Mu". Tiba-tiba perahu yang ditumpanginya terbalik dan menenggelamkan semua algojo.
Setelah berbagai upaya untuk membunuh sang pemuda menemui kegagalan, akhirnya sang Pemuda berkata : “Hai sang raja, kamu tidak dapat membunuhku kecuali jika kamu menuruti perintahku".
"Ya, apa yang kau inginkan?", tanya sang raja.
"Kumpulkan rakyat dalam suatu lapangan, kemudian bunuhlah aku dan bacalah, “bismillahi rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Rabb si pemuda),", lalu panahlah aku", jawab pemuda itu.
Karena marah, maka sang raja kemudian melaksanakan saran pemuda itu. Setelah semua rakyat berkumpul, dibacalah secara serentak, “bismillahi rabbil ghulam", dan dilepaskan anak panah tepat mengenai pelipis sang pemuda itu hingga matilah ia seketika. Serentak orang yang melihat kejadian itu berkata, "amanna birabbil ghulam" (kami beriman kepada Tuhannya pemuda ini). Sejak itulah semua rakyat negeri tersebut beriman kepada Allah SWT.
Sang Raja terkejut akan perubahan yang terjadi pada rakyatnya, Segera sang raja memerintahkan membuat parit besar untuk dinyalakan api di dalamnya. Bagi rakyat yang tidak mau murtad akan dimasukkan ke parit api hingga mati. Semua digiring satu per satu. Namun tidak ada satu orangpun yang mau murtad. Mereka hanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Hingga akhirnya sampai pada giliran seorang wanita yang sedang menggendong bayinya diperintahkan untuk murtad. Ia menolak, tidak mau murtad. Namun ketika dilihat bayinya ditarik untuk dilempar ke api, si ibu tidak berdaya dan menyerah karena tidak sampai hati melihat bayinya dibakar. Tetapi sebelum ibu itu murtad, tiba-tiba si kecil dapat bicara, “Hai ibu, sabarlah! Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran". Mendengar bayinya yang dapat berbicara, bertambahlah keimanan sang Ibu hingga akhirnya ikut dilempar kedalam lubang yang penuh kobaran api.
Begitulah salah satu kisah yang kita dapatkan dari hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dari kisah Ashabul Ukhdud di atas, ada sesuatu yang bisa kita renungkan bersama. Dalam kehidupan ini, tidak jarang bahwa seringkali orang yang berdakwah untuk menyampaikan kebenaran mendapat berbagai rintangan, ujian dan cobaan. Bagaimana pun juga untuk menegakkan li i'la likalimatillah tidaklah mudah. Ia perlu kesungguhan. Ia juga perlu bukti dan pengorbanan. Tidak hanya bukti dan pengorbanan berupa materi, maupun tenaga. Namun kadang-kadang jiwa raga pun harus pula direlakan. Dan inilah yang paling berat untuk dibuktikan, kecuali bagi hamba-hamba Allah yang benar-benar berserah diri kepada-Nya.
Dari berbagai sumber
Sang raja menjadi heran tatkala mengetahui kawannya itu telah sembuh dan bisa melihat kembali. Raja kemudian bertanya "Siapakah yang dapat menyembuhkan penyakitmu?"
“Rabbku", jawabnya.
"Adakah engkau percaya bahwa ada rabb (Tuhan) selain aku?", tanya sang raja kemudian.
“Ada tuan. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah SWT", jawabnya tanpa pikir panjang.
Mendengar Jawaban tersebut, Sang raja pun menjadi mara. Kawannya itu pun kemudian disiksa dengan kejam agar ia mau kembali kepada agama raja. Tetapi ia tetap kuat pendiriannya. Meskipun sang raja berulang kali memukuli dan menyiksanya, namun imannya tidak sedikit pun berubah. Tetapi ketika kawan itu ditanya oleh sang raja, siapakah yang mengajarkan padanya bahwa ada tuhan selain dirinya, ia menjawab, “seorang pemuda dengan ciri-ciri demikian...dan bernama demikian...".
Maka dipanggillah pemuda itu untuk menghadap raja. Pemuda itu kemudian ditanya, “Apakah kamu yang menyembuhkan kawanku ini?"
“Aku tidak dapat menyembuhkan", jawab pemuda itu. “Akan tetapi yang dapat menyembuhkan hanyalah Allah SWT".
Mendengar jawaban itu, sang pemuda pun kemudian disiksa pula. Siksaan yang ditimpakan kepada pemuda ini lebih keras dan sangat kejam. Hingga akhirnya ia terpaksa mengatakan darimana ia mendapatkan ilmunya tersebut.
Sang raja pun memutuskan untuk memanggil sang alim. Setelah sang alim menghadap, iapun dipaksa untuk meninggalkan agamanya. Namun ia menolak. Ia hanya berkeyakinan, bahwa tidak ada tuhan selain Allah SWT. Melihat sikap sang alim yang bersikeras tidak mau meninggalkan agamanya, sang raja akhirnya memerintahkan kepada para algojo untuk memenggal kepalanya. Kemudian digergajinya kepala sang alim itu hingga terbelah dua. Demikian pula kawan raja itu, karena ia juga tetap beriman kepada Allah SWT, tubuhnya pun digergaji sampai kepalanya lepas dari badannya.
Kemudian didatangkan pula si pemuda dan disuruh meninggalkan agamanya. Tetapi ia tidak mau. Maka sang raja memerintahkan kepada para algojo-algojo tersebut untuk membawa pemuda itu ke atas bukit. Raja memerintahkan kalau ia tidak mau murtad, agar dilemparkan saja dari atas bukit. Akan tetapi ketika sampai di atas bukit, pemuda itu kemudian hanya bisa berserah diri kepada Allah SWT, seraya berdoa, “Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka ini sekehendak-Mu!"
Tiba-tiba, bergeraklah bukit itu hingga semua algojo sang raja itu terjatuh ke bawah bukit. Mengetahui kejadian itu, sang raja kemudian memerintahkan kepada para algojonya yang lain agar pemuda itu dilempar ke laut. Bila tidak mau murtad agar dilempar ke tengah laut. Akan tetapi ketika sampai di tengah laut, pemuda itu berdo'a kembali, “Ya Allah, hindarkanlah aku dari bahaya mereka sekehendak-Mu". Tiba-tiba perahu yang ditumpanginya terbalik dan menenggelamkan semua algojo.
Setelah berbagai upaya untuk membunuh sang pemuda menemui kegagalan, akhirnya sang Pemuda berkata : “Hai sang raja, kamu tidak dapat membunuhku kecuali jika kamu menuruti perintahku".
"Ya, apa yang kau inginkan?", tanya sang raja.
"Kumpulkan rakyat dalam suatu lapangan, kemudian bunuhlah aku dan bacalah, “bismillahi rabbil ghulam (Dengan nama Allah, Rabb si pemuda),", lalu panahlah aku", jawab pemuda itu.
Karena marah, maka sang raja kemudian melaksanakan saran pemuda itu. Setelah semua rakyat berkumpul, dibacalah secara serentak, “bismillahi rabbil ghulam", dan dilepaskan anak panah tepat mengenai pelipis sang pemuda itu hingga matilah ia seketika. Serentak orang yang melihat kejadian itu berkata, "amanna birabbil ghulam" (kami beriman kepada Tuhannya pemuda ini). Sejak itulah semua rakyat negeri tersebut beriman kepada Allah SWT.
Sang Raja terkejut akan perubahan yang terjadi pada rakyatnya, Segera sang raja memerintahkan membuat parit besar untuk dinyalakan api di dalamnya. Bagi rakyat yang tidak mau murtad akan dimasukkan ke parit api hingga mati. Semua digiring satu per satu. Namun tidak ada satu orangpun yang mau murtad. Mereka hanya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Hingga akhirnya sampai pada giliran seorang wanita yang sedang menggendong bayinya diperintahkan untuk murtad. Ia menolak, tidak mau murtad. Namun ketika dilihat bayinya ditarik untuk dilempar ke api, si ibu tidak berdaya dan menyerah karena tidak sampai hati melihat bayinya dibakar. Tetapi sebelum ibu itu murtad, tiba-tiba si kecil dapat bicara, “Hai ibu, sabarlah! Sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran". Mendengar bayinya yang dapat berbicara, bertambahlah keimanan sang Ibu hingga akhirnya ikut dilempar kedalam lubang yang penuh kobaran api.
Begitulah salah satu kisah yang kita dapatkan dari hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Dari kisah Ashabul Ukhdud di atas, ada sesuatu yang bisa kita renungkan bersama. Dalam kehidupan ini, tidak jarang bahwa seringkali orang yang berdakwah untuk menyampaikan kebenaran mendapat berbagai rintangan, ujian dan cobaan. Bagaimana pun juga untuk menegakkan li i'la likalimatillah tidaklah mudah. Ia perlu kesungguhan. Ia juga perlu bukti dan pengorbanan. Tidak hanya bukti dan pengorbanan berupa materi, maupun tenaga. Namun kadang-kadang jiwa raga pun harus pula direlakan. Dan inilah yang paling berat untuk dibuktikan, kecuali bagi hamba-hamba Allah yang benar-benar berserah diri kepada-Nya.
Dari berbagai sumber
Posting Komentar untuk "Kisah Pemuda Ashabul Ukhdud dan Pengorbanan Orang-Orang Yang Beriman"