Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dahsyatnya Doa Seorang Ibu, Wahai Anak Jangan Pernah Sakiti Hati Ibumu

Dahsyatnya Doa Seorang Ibu, Wahai Anak Jangan Pernah Sakiti Hati Ibumu
Gambar : Pixabay.com

“Tidaklah berbicara ketika masih bayi kecuali tiga orang, di antaranya : Isa putra Maryam dan seorang bayi yang ada pada zaman Juraij". (HR. Bukhari)

Konon pada suatu masa tersebutlah nama seorang laki-laki bernama Juraij. Dia adalah seorang ahli ibadah. Saking hebat ibadah Juraij kepada Allah SWT, dia rela membangun sendiri tempat ibadahnya.

Suatu kali ibu Juraij memanggil saat dia sedang beribadah “Wahai Juraij!”. Juraij berkata dalam hati, “Apakah aku jawab panggilan ibuku atau aku meneruskan saja shalatku?”

Akhirnya, Juraij memutuskan untuk tetap meneruskan shalatnyalbunya pun pergi meninggalkannya. Pada keesokan harinya ibu Juraij kembali mendatangi anaknya, lagi-lagi Juraij kedapatan sedang mengerjakan shalat.

Namuni ibu Juraij tetap memangil-manggil.“Wahai Juraij!” Kembali Juraij mengadukan hal itu kepada Allah SWT, Ya Rabbi, apa yang harus aku lakukan, apakah memenuhi panggilan ibuku atau aku terus saja meneruskan shalatku?"

Akhimya Juraij tetap meneruskan shalatnya sehingga ibu Juraij kembali berlalu meninggalkannya. Pada pagi hari, di hari ketiga, ibu Juraij kembali datang. Lagi, Juraij tampak sedang mengerjakan shalat. ibu Juraij terus memanggil-mangil.

"Wahai Juraij!”

Kembali Juraij mengadukan hal itu kepada Allah SWT, 'Ya Rabbi, mana yang harus aku pilih. apakah memenuhi panggilan ibuku terlebih dahulu atau aku teruskan saja shalatku!”

Beberapa saat berselang, Juraij memutuskan untuk tetap meneruskan shalatnya. Setelah tiga kali tak berbalas jawaban dan Juraij, ibunya pun merasa kecewa dan sakit hati. Hati ibu Juraij menjerit, Beliau kemudian bermohon kepada Allah SWT, 'Ya Allah, janganlah Engkau matikan Juraij sebelum dia melihat seorang pelacur”.

Demikianlah permohonan ibu Juraij yang tengah diliputi rasa sakit hati amat mendalam. Perihal ketekunan Juraij dalam beribadah memang mengundang decak kagum banyak orang, tidak terkecuali dari kalangan Bani israil. Mereka turut mengelu-elukan ketekunan Juraij dalam beribadah yang tiada bandingannya. Decak kagum banyak orang tersebut memancing rasa penasaran seorang pelacur jelita untuk menggali pribadi Juraij. Pelacur jelita itu pun berencana hendak menguji kehebatan Juraij dalam beribadah.

Pada suatu hari, pelacur jelita tersebut bertanya kepada kaumnya kalian menghendaki, maka aku akan memberinya fitnah!”. Rupanya kaum yang dimintakan pertimbangan oleh pelacur jelita itu menyetujuinya, maka pelacur jelita itu segera mendatangi Juraij dan mulai menggodanya.

Sebelum mendatangi Juraij, perempuan pelacur nan jelita itu berdandan semenarik mungkin hingga memesona hati siapa pun yang melihatnya. Mula-mula pelacur jelita itu mengirimkan makanan yang enak dan lezat. Namun rencananya untuk menggoda Juraij rupanya tidak berjalan mulus. Setelah mengantarkan makanan, pelacur jelita tersebut hanya mendapatkan ucapan terima kasih dari Juraij.

Perempuan pelacur nan jelita itu tidak patah semangat, selanjutnya ia mencoba hal yang sama untuk yáng kedua kali, namun masih gagal memikat hati Juraij. Hal yang sama dilakukan berkali-kali, namun Juraij bergeming dan tidak tergoda segala bujuk rayu perempuan pelacur tersebut.

Merasa kehilangan akal lantaran berbagai pendekatan untuk menggoda Juraij tak membuahkan hasil, sang pelacur jelita akhirnya mengambil langkah nekat, Ia rela berzina dengan seorang penggembala kambing. Dengan cara itu ia berharap agar kelak saat ia hamil dan melahirkan anak ia dapat mengatakan kepada kaum Bani Israil bahwa anak yang dilahirkannya tersebut adalah hasil hubungan gelapnya dengan Juraij.

Usaha pelacur jelita tersebut tampaknya berhasil, sambil menggendong seorang bayi ia berkeliling kampung, dengan harapan dapat mengundang pertanyaan dari orang-orang yang menjumpainya. Benar saja, tidak lama berkeliling kampung banyak orang bertanya padanya, bayi siapa yang kamu gendong itu?”

Perempuan pelacur itu menjawab, "Bayi ini adalah hasil hubunganku dengan Juraij!" Begitu seterusnya, setiap kali orang bertanya kepadänya,"Bayi siapa yang kamu gendong itu? Pelacur jelita itu selalu menjawab, “ini bayi hasil hubunganku dengan Juraij!”

Tak ayal, dalam waktu yang relatif singkat, Juraij didatangi orang sekampung. Mereka memaksa agar Juraij lekas keluar darí tempat ibadahnya. Begitu dia keluar dari tempat ibadahnya tanpa basa-basi bogem mentah orang-orang sekampung mendarat di wajah Juraij. Bak maling ayam tertangkap tangan membawa curian, Juraij dijadikan bulan-bulanan tinju banyak orang. Tidak hanya pukulan, Juraij pun mendapatkan tendangan bertubi-tubi.

Bukan itu saja, tidak terhitung umpatan, cacian, dan makian terlontar dari orang-orang hingga memekakkan telinga Juraij. Kejengkelan orang-orang kampung tidak cukup berhenti di situ, Mereka juga memporak-porandakan tempat ibadah yang biasa digunakan Juraij sampai hancur berkeping-keping, sambil merasakan pedih·atas siksaan orang-orang kampung yang terkena hasutan pelacur cantik.

Juraij bertanya, Ada apa ini? Mengapa kalian memperlakukanku seperti ini? Mengapa kalian menghancurkan tempat ibadahku?” Orang-orang kampung menjawab, “Itu balasan karena engkau telah berzina dengan perempuan pelacur hingga ia melahirkan seorang bayi”. Juraij kemudian bertanya. 'Lalu di mana sekarang bayi itu?” 'Itu digendong oleh ibunya. Tunggu sebentar akan kami bawa kehadapanmu bayi yang digendong oleh ibunya itu, jawab warga kampung.

Sejurus kemudian mereka datang membawa bayi tersebut, sebelumnya Juraij meminta kepada kaumnya agar dizinkan untuk mengerjakan shalat terlebih dahulu. “Izinkan aku untuk shalat," pintanya. Orang-orang kampung mengizinkan Juraij melaksanakan shalat. Selesai shalat, Juraij menghampiri si jabang bayi, kemudian menyentuh perutnya seraya bertanya, "Wahai bayi, siapakah ayahmu sesungguhnya?'

Atas izin Allah bayi itu menjawab, “Ayahku adalah seorang penggembala. Semua orang yang berada di sekeliling bayi terperanjat bagai disambar petir. Mereka sejenak tertegun mendapati seorang bayi dapat berbicara. Selanjutnya, mereka menyadari kesalahan yang telah dilakukan, sehingga satu per satu dari mereka memeluk dan meminta maaf kepada Juraij.

Orang-orang kampung berkata kepada Juraij. “Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu dengan yang lebih baik lagi! Juraij menjawab, Jangan, cukuplah dari tanah saja seperti semula. Orang-orang kampung kemudian membangun tempat ibadah Juraij sebagaimana yang dikehendaki oleh Juraij sendiri. Mereka juga segera mengembalikan si jabang bayi kepada ibunya.

Saat ibu si jabang bayi tengah memangku anaknya untuk disusui tiba-tiba lewat seorang lelaki penunggang kuda yang gagah dan berwibawa, gesit, juga rupawan raut mukanya. Jbu si jabang bayi lantas berdoa. "Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia''. Tiba-tiba si jabang bayi melepaskan tetek ibunya dan menghadap kepada penunggang kuda seraya berucap, “Ya Allah jangan jadikan aku seperti dia!'. Kemudian bayi itu kembali menetek kepada ibunya. Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah RA, ia berkata, “Seakan-akan aku melihat Rasulullah SAW menirukan gerakan si bayi dengan meletakkan jari telunjuk di mulut lalu menghisapnya”.

Sesudah itu, lewat serombongan orang membawa hamba sahaya perempuan yang sedang dipukuli. Orang-orang itu berteriak-teriak. “Kamu telah berzina! Kamu telah mencuri!” Hamba sahaya perempuan itu hanya dapat berkata, Cukuplah Allah sebagai pelindungku!' Melihat kejadian itu, ibu Si jabang bayi berdoa,"Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia!" Namun, si jabang bayi malah melepas mulut dari tėtek ibunya. Sambil melihat ke arah hamba sahaya perempuan, si jabang bayi terus-menerus berdoa, “Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia”.

Ibu si jabang bayi merasa heran, lalu berkata kepada anaknya, Tadi ada seorang penunggang kuda yang gagah dan tampan. sehingga aku berdoa, "Ya Allah, jadikanlah anakku seperti dia!' Namun engkau berkata, Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia!" Kemudian ketika berlalu di hadapanku seorang hamba sahaya perempuan yang sedang dipukuli banyak orang karena dituduh telah berzina dan mencuri, aku berdoa. Ya Allah, jangan jadikan anakku seperti dia, namun, mengapakah engkau malah berkata,Ya Allah, jadikan aku seperti dia"

Si jabang bayi kemudian menerangkan kepada ibunya,“Sesungguhnya penunggang kuda yang tampan itu adalah orang yang sangat sombong, Sebab itulah, aku berdoa, "Ya Allah, jangan jadikan aku seperti dia!" Sedangkan hamba sahaya perempuan itu, yang dituduh oleh orang-orang telah berzina dan mencuri sebenarnya ia tidak melakukan keduanya, sehingga aku berdoa,“Ya Allah, jadikanlah aku seperti dia!”


Sumber : Dikutip dari Buku Jangan Lukai Hati Ibumu, Karangan S. Tabrani

Posting Komentar untuk "Dahsyatnya Doa Seorang Ibu, Wahai Anak Jangan Pernah Sakiti Hati Ibumu"