Pentingnya Niat Yang Ikhlas Dalam Setiap Amalan
Gambar : tauhid.or.id
Ikhlas adalah meniatkan dengan sepenuh hati dalam beramal hanya kepada Allah dan mengharapkan balasan terbaik di akhirat, bukan karena seseorang atau hal-hal yang lain. Niat merupakan salah satu syarat penentu amalan diterima oleh Allah. Sebagaimana dalam perkataan para ulama, salah satunya Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata : “Setiap amalan/ibadah akan diterima oleh Allah bila tercapai dua syarat : yaitu Ikhlas karena Allah dan Mengikuti Sunnah/Tuntunan Nabi-Nya.
Di dalam Al Quran, terdapat sejumlah ayat yang menerangkan tentang niat, salah satunya terdapat di dalam surah Al Bayyinah ayat 5, yang berbunyi :
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ە حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
“Mereka tidaklah diperintahkan kecuali menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS Al Bayyinah ayat 5)
Maka sudah jelas, niat merupakan inti, asas dan landasan suatu amalan. Diterima atau tidaknya suatu amalan itu tergantung pada niatnya. Shalat, zakat, berzikir, menuntut ilmu, menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar apabila niatnya ikhlas dan tulus karena Allah, maka amalnya diterima. Namun jika berniat pada selain Allah maka amalnya tidak akan diterima, bahkan itu juga disebut syirik niat. Syirik yang paling kecil adalah syirik niat atau riya’ (ingin menampakkan amal dan pamer agar dapat pujian orang lain. Akibatnya, amalan dan perbuatannya tidak lebih dari hanya butiran debu yang tidak ada nilainya, amalannya sia-sia dan dia akan mendapatkan kerugian.
Oleh sebab itu, niat merupakan salah satu ajaran yang paling inti dan paling penting dalam Islam. sepantasnya setiap muslim untuk mengetahui akan pentingnya niat ikhlas dan selalu berusaha untuk meluruskan niat pada setiap amal hanya karena Allah dan mendapatkan balasan-Nya di hari Kiamat. Jangan sampai ketidaktahuannya malah membuat amalnya sia-sia dan merugi di hari kiamat.
Dalam hal niat ini, Rasulullah juga pernah bersabda kepada para sahabatnya :
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (رواه البخاري ومسلم).
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab رضي الله عنه, dia berkata : “Saya mendengar صلّى الله عليه سلّم bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan”. (HR. Bukhari-Muslim)
Di dalam hadits tersebut, Rasulullah menegaskan bahwa setiap amalan –tiada terkecuali- selalu tergantung pada niatnya, dan balasan serta ganjaran dari amal tersebut adalah sesuai dengan niatnya. Bila niatnya baik, tulus dan ikhlas karena hanya mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik di akhirat maka dia akan mendapatkannya. Namun bila sebaliknya, bila dia hanya ingin mengharapkan pujian, balasan dan kenikmatan kehidupan duniawi maka Allah pun akan memberikannya.
Rasulullah juga memberikan ilustrasi dan dua contoh yang berlawanan. Yang mana salah satunya adalah hijrah yang berniat karena Allah dan Rasul-Nya, sedangkan yang satu lagi adalah yang berhijrah dengan niat karena ingin menikahi seorang wanita atau hanya mengharapkan balasan kehidupan dan kenikmatan duniawi saja.
Allah سبحانه وتعالى juga berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَه فِيْ حَرْثِه وَمَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِه مِنْهَاۙ وَمَا لَه فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat. (QS. Asy Syuura ayat 20)
Di dalam ayat lain, Allah سبحانه وتعالى berfirman :
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا وَمَا لَه فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ. وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ نَصِيْبٌ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ سَرِيْعُ الْحِسَابِ
Maka di antara manusia ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka. Mereka itulah yang memperoleh bagian dari apa yang telah mereka kerjakan, dan Allah Maha cepat perhitungan-Nya. (QS Al Baqarah ayat 200-202).
Oleh karena itu, perbaikilah niat dalam melakukan suatu amalan hanya untuk mengharapkan keridhaan Allah dan balasan terbaik di akhirat. Seseorang yang beramal ikhlas untuk balasan di akhirat maka Allah pun akan memberikan balasan di dunia. Namun bila sebaliknya, bila hanya memilih dunia saja maka di akhirat tidak akan mendapatkan apa-apa, dan akhirnya akan menjadi orang yang rugi. Semoga Allah membalas semua amalan kita di dunia dan akhirat.
Penulis : Ustadz Muhammad Nazar
Posting Komentar untuk "Pentingnya Niat Yang Ikhlas Dalam Setiap Amalan"