Kisah Nyata Dengan Berzakat Hidup Tambah Nikmat
Gambar : islamichelp.org.uk
Berjalan-jalan ke luar negeri gratis, siapa tak suka, punya rumah sendiri, apalagi lebih dari satu, siapa tak senang, Punya mobil sendiri, siapa tak gembira. Alhamdulillah, semua itu sudah saya peroleh. Dan, percaya atau tidak, seluruhnya disebabkan oleh zakat.
Saya menikah tahun 1991. Suami seorang perwira TNI dan saya sendiri bekerja sebagai staf pemasaran sebuah perusahaan pengembang. Secara ekonomi, kami hidup lebih dari cukup.
Aneh, saya tak merasakan kebahagiaan. Ada saja persoalan, mulai dari suami cemburu, suka marah-marah, dan sebagainya. Persoalan kecil bisa jadi besar. Belum lagi masalah yang bersumber dari saya sendiri.
Masalah itu sepertinya datang bertubi-tubi. Saya pernah ditipu orang sebesar Rp 6 juta. Tas pernah dijambret di bemo. Padahal, tas itu berisi barang-barang berharga buatan luar negeri.
Puncaknya tahun 1997. Mobil saya dibawa kabur orang. Saya benar-benar stres, sebab mobil itu milik suami. Kalau dia sampai tahu, bisa gawat. Bisa-bisa saya digampar. Saya berpikir keras, bagaimana menutupinya. Jalan keluar kemudian saya peroleh, yaitu beli mobil baru.
Ketika tahu saya membawa pulang mobil baru, suami girang bukan kepalang. Saya bilang, "Tukar tambah, Mas."
Hmm, belum tahu dia jika ada rahasia yang tersimpan. Tidak apa-apa, yang penting masalah teratasi. Beres?
Eh, ternyata belum. Kepala saya malah nyuuut....nyuuut.... Utang saya setumpuk. Sebab, uang untuk beli mobil itu saya pinjam dari teman dan orangtua. Tidak main-main, jumlahnya Rp 125 juta! Dan semua itu mesti saya tanggung sendiri.
Di tengah kekalutan itu, ada undangan pengajian. Entah mengapa hati saya tergerak untuk datang. Padahal, sebelumnya saya tak pernah datang acara gituan.
Penceramahnya menyampaikan soal zakat. Setiap Muslim yang mampu, katanya, wajib mengeluarkan zakat. “Ítulah yang mensucikan seluruh harta kita, sehingga memberikan barakah (kebaikan) dalam kehidupan kita," kata Pak Ustadz.
Saya tersentak, selama ini tak pernah mengeluarkan zakat, padahal saya mampu. Apa karena itu hidup saya kerap bermasalah?
Saya mencoba meraba-raba. Namun yang pasti, dari pengajian itu saya punya kawan baru, yang kebetulan tetangga sebelah. "Kalau ingin rezeki banyak, bayarlah zakat dan santuni anak yatim," katanya.
Entah mengapa, sejenak merenungi, air mata saya tiba-tiba menetes. Mungkin karena saya makin sadar. Saya telah mengabaikan hak orang lain. Saya egois, hanya memikirkan diri sendiri. Sementara ada jutaan orang memerlukan uluran tangan.
"Ya Allah, ampuni segala kekhilafan dan dosa saya. Hanya Engkau yang bisa menghapus dosa-dosa itu, karena Engkau Maha Pengampun dan Penyayang.” Saya merintih dalam shalat tahajud.
Hati makin lapang, tekad membayar zakat kian bulat. Setelah suami mengizinkan, saya kemudian membayar zakat. Penghasilan saya dan suami, emas dan segala piutang saya keluarkan zakatnya. Sampai-sampai seluruh perabotan yang ada di rumah, saya zakati. Takut kalau kelewatan belum dizakati. Total zakat yang saya keluarkan Rp 10 juta, tahun 1999.
Alhamdulillah, pelan-pelan hidup saya berubah. Rasanya tenang, damai. Rezeki bertambah lancar pula, sehingga saya bisa melunasi utang, bahkan beli rumah lagi.
Masih ada kenikmatan lain, bahkan tak terduga sama sekali. Yakni saya bisa melancong ke luar negeri atas biaya kantor.
Juga, hubungan saya dengan suami bertambah harmonis. Kami bisa saling mempercayai dan terbuka. Saat itulah saya baru berani membuka rahasia yang selama ini tertutup rapat-rapat. Ya, soal mobil itu. Saya bilang apa adanya.
Syukurlah, dia bisa menerima penjelasan saya. "Terima kasih Allah, Engkau telah menutupi aibku di depan suami," panjatku suatu saat.
Kehidupan saya berbalik seratus delapan puluh derajat, setelah berzakat. Saya telah membuktikan, zakat tak membuat orang miskin. Malah sebaliknya, membuka rezeki baru yang lain. Tidak percaya? Buktikan sendiri!
(Zakat tidak membuat seseorang menjadi miskin, bahkan tambah kaya dan barakah)
Sumber : www.Hidayatullah.com
Posting Komentar untuk "Kisah Nyata Dengan Berzakat Hidup Tambah Nikmat"