Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Ibu Dalam Mengajarkan dan Membiasakan Anak Beribadah

Peran Ibu Dalam Mengajarkan dan Membiasakan Anak Beribadah
Ilustrasi peran ibu dalam mendidik anak. (etahfizh.org)

Anak-anak manusia, makhluk paling lemah di antara makhluk hidup yang lain. Masa-masa kecilnya paling panjang dibandingkan masa-masa yang dialami makhluk lain. Karenanya, sudah dapat dimengerti bahwa masa pertumbuhan anak manusia merupakan momentum paling subur bagi orang tua (ibu khususnya) untuk menanamkan apa saja yang diinginkannya. 

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah bersabda:

"Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi."(HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, menjadi sangat jelas urgensi peran ibu dalam membentuk kepribadian anak melalui perhatian yang diberikan kepadanya dan mengarahkan fitrahnya yang masih lurus beserta potensi kemampuan dan bakatnya untuk selanjutnya mengembangkannya. Pengembangan dan pembentukan kepribadian dan pola pikir anak, selain berlandaskan pada penanaman akidah, juga terpengaruh oleh pembinaan orang tuanya pada persoalan ibadahnya. Allah SWT berfirman:

“Dan tidakiah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan hanyalah untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat 51: 56)

Berikut adalah beberapa peran yang sangat penting dilakukan oleh orang tua, terutama Ibu dalam Mendidik anaknya, yaitu :

1. MENGAJARKAN IBADAH SHALAT

Jalinan hubungan seorang hamba dengan Rabbnya melalui pelaksanaan shalat fardhu lima waktu akan memperkuat akidah pada jiwa seorang Muslim. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban orang tua untuk membina dan melatih anaknya agar menyukai ibadah shalat sedini mungkin, apalagi ketika memasuki usia satu tahun dan mulai bisa berjalan, anak suka meniru-niru apa yang dilakukan orang terdekatnya, ia terdorong untuk mendekati dan berdiri di samping ibunya yang tengah shalat, paahal tidak ada yang menyuruhnya. lnilah fitrah yang tertanam pada diri manusia. Ketika pertama kali seorang anak mulai meniru-niru gerakan ibunya saat shalat, hendaknya sang ibu memanfaatkan momen ini dan mencari-cari kesempatan yang tepat untuk mengajarinya bacaan surat dan surat-surat pendek lainnya dan melatihnya mengerjakan shalat.

Rasulullah SAW bersabda :

“Ajarkanlah shalat kepada anak tatkala memasuki umur tujuh tahun dan pukullah saat ia memasuki umur sepuluh tahun." ( HR. at-Tirmidzi no. 372)

Tindakan membiasakan anak untuk mengerjakan berbagai macam peribadahan terutama ibadah shalat. Ibadah-ibadah ini akan tertanam pada diri anak dan mengakar pada jiwanya semenjak masih kecil. Selain itu, faktor lain yang dapat memperkuat penanaman kewajiban shalat seorang anak, orang tua (ayah) mengajak anak ke masjid terutama waktu shalat Jum'at. Sementara ibu memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan ibadah, seperti mengajari tata-cara Thaharah (bersuci, wudhu) yang benar dengan tidak lupa mengajarkan doa-doa dalam wudhu, seperti membaca bismillah di awal wudhu, dan membacakan "Asyhaduan la ilaha illallah wa asyhadunna muhammadan rasulullah" ketika mengakhirinya.

Bersamaan dengan mengajarkan tata cara bersuci, seorang ibu menjelaskan pentingnya wudhu sebelum shalat dan keutamaan benwudhu dimana setiap kali membasuh anggota tubuh dalam wudhu dosa-dosanya akan berguguran dari dirinya.

2. MENGAJARKAN BERPUASA

Perlu kiranya seorang ibu memulai membina dan membiasakan anaknya untuk berpuasa, meski sang anak belum mengemban kewajiban berpuasa. Sebab, melalui ibadah puasa, seorang anak akan belajar dan berlatih ikhlas kepada Allah. Sebagaimana melalui pelaksanaan ibadah puasa, seorang anak akan mulai mewujudkan derajat ihsan, beribadah kepada Allah dengan keyakinan penuh bahwa Allah melihatnya

Dalam hadits Abu Hurairah Nabi bersabda:

“Setiap amal anak Adam adalah miliknya kecuali puasa, maka sesungguhnya puasa itu hanyalah kepunyaan Allah dan Allah lah yang akan memberikan pahala kepadanya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa, ibadah milik Allah ukuran pahala hanya Allah saja yang mengetahuinya. Tidak seorang pun dapat mengetahui hakikat ibadah puasa seseorang kecuali Allah semata. Apabila seorang anak (yang belum mukallaf) tidak mampu menyempurnakan puasa, sang ibu boleh saja menyodorkan makanan dan minuman kepadanya, namun berpesan kepada anak untuk tidak makan dan minum selama beberapa, disertai penjelasan betapa besarnya pahala orang yang berpuasa dan keharusan merasa diawasi oleh Allah jika ingin mencuri-curi kesempatan untuk makan.

3. MEMBIASAKAN BERSEDEKAH

Seorang ibu perlu mengajari dan membiasakan anaknya untuk bersedekah sesuai dengan kemampuan, agar tertanam pada dirinya benih rasa kasih-sayang dan kepedulian kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan. Dengan cara misalnya, sang ibu menyodorkan Iembaran uang kepadanya dan mendorongnya untuk berbagi dengan uang itu dengan orang-orang yang membutuhkan (fakir-miskin). Sebagaimana ibu menjelaskan kepada buah hatinya bahwa Allah mewajbkan zakat kepada hamba-Nya dan menentukan pos-pos distribusinya (orang-orang yang berhak menerima zakat), seperti fakir-miskin, ibnu sabil, orang-orang yang terjerat banyak hutang dan membebaskan budak belian.

Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya zakat itu hanyalah diperuntukkan kepada orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallof yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang terlilit hutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan, sebagai ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. at-Taubah : 60).


Selain itu, untuk menumbuhkan semangat bersedekah dapat dilakukan ibu dengan menjelaskan bahwa harta akan bertambah dan berlipat-ganda di sisi Allah. Dengan sedekah, Ibu juga dapat mengajarkan anak berbagi, membantu fakir-miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Sumber : As-Sunnah

Posting Komentar untuk "Peran Ibu Dalam Mengajarkan dan Membiasakan Anak Beribadah"