Pentingnya Bimbingan dan Pendidikan Parenting Untuk Masa Depan Anak

Gambar : mediakeluarga.com
Dalam upaya mempersiapkan generasi masa depan, orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar, sehingga orang tua akan bekerja keras untuk menyiapkan anaknya menjadi manusia yang mengerti arti dan tujuan hidupnya serta untuk apa dia diciptakan. Upaya yang harus dilakukan tersebut bukan hanya dengan memasukkan anak ke sekolah-sekolah unggulan, tetapi dengan cara memasukkan landasan hidup yang penting ke dalam jiwa mereka sehingga kemana pun mereka pergi, ridha Allahlah yang akan mereka cari.
Anak-anak yang mempunyai semangat yang tinggi untuk menjadi manusia besar, yang akan menegakkan kalimat Allah akan memiliki visi yang kuat dan motivasi yang menyala-nyala. Akan tetapi sebaliknya tanpa orientasi yang jelas anak-anak tersebut hanya akan menjadi beban sejarah bagi dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya,
Setiap anak mempunyai mempunyai orientasi dalam hidupnya, untuk itu orang tua harus membimbing agar anak bisa belajar dan menimbang orientasi hidupnya sejak dini. Apabila sejak awal orientasi sudah bagus, insya Allah kedepannya masa remajanya akan dilewati tanpa ada guncangan jiwa dan krisis identitas.
Ini berarti, tidak benar tahayul yang mengatakan remaja secara mutlak merupakan masa pencarian identitas diri. Teori ini hanya berlaku apabila kita tidak mempersiapkan arah dan tujuan hidup anak-anak kita sehingga mereka menyadarinya semenjak kecil.
Tanpa bekal yang cukup, sang anak akan terkejut saat memasuki masa remaja. Mereka hanya menguasai teori dan hafalan yang didapat di sekolah, akan tetapi mereka miskin ilmu, miskin tujuan hidup. Akan tetapi sangat disayangkan saat ini guru dan orang tua lebih suka meningkatkan prestasi akedemik di sekolah dibandingkan dengan membekali anak dengan kasih sayang. Orang tua lupa untuk memberi kesadaran kepada anaknya bahwasanya hidup mereka di dunia ini bukanlah untuk dirinya sendiri, melainkan ada tanggung jawab yang besar yang akan mereka emban ketika mereka telah taklif.
Tugas orang tua dan guru adalah membimbing anak-anak agar giat dan cinta kepada ilmu, bukan hanya sekedar untuk meningkatkan prestasi akademik. Semangat mereka dalam menuntut ilmu insya Allah akan menjadikan mereka menjadi cerdas dan berprestasi. Mereka cerdas bukan karena dicecar dengan latihan soal terus menerus, tetapi karena tingginya keterlibatan emosi saat belajar, Sesungguhnya emosi yang positif saat belajar akan membuat mielinasi (proses pelekatan informasi) ke dalam otak akan lebih baik.
Anak yang didorong untuk mendapatkan nilai mata pelajaran tertinggi bisa saja menjadi bintang di kelas, akan tetapi itu tidak menjamin ia menjadi bintang dalam kehidupannya. Tetapi seandainya prestasinya bukan yang terbaik dikelas, dengan ilmu yang cukup ia akan mempunyai mental yang kuat dan tidak mudah runtuh. Sangat jauh perbedaan antara mananamkan ilmu dengan memberikan keterampilan agar mampu mengerjakan soal.
Orientasi Hidup
Kita tidak berpanjang-panjang dengan masalah ini karena bukan wilayah kita sebagai orang tua. Orang tua dan guru perlu berdiskusi untuk menyamakan arah agar anak-anak memiliki orientasi hidup yang baik? Pertama, sebelum membangun orientasi hidup, yang paling awal kita berikan adalah kasih sayang, Kita hidupkan perasaannya dengan memberikan waktu kita untuk bercanda bersama mereka. Ini tampaknya sepele, tetapi di tengah kesibukan yang semakin menyita perhatian, waktu bersama anak semakin menuntut perencanaan.
Banyak orang tua yang meluangkan waktu untuk bermain dengan anaknya, akan tetapi jarang yang mengarahkan permainannya. Tugas orang tua adalah mengarahkan orientasi hidupnya bukan melarang atau membatasi, karena itu akan berakibat buruk secara mental kepada anak. Apa yang bisa kita petik dari pribadi Rasulullah SAW dalam mendidik anak? Rasulullah SAW sebelum mengajarkan berbagai ilmu tentang kebenaran Islam, maka beliau terlebih dahulu melimpahi anak-anak dengan kasih sayang dengan menyediakan waktunya untuk bermain-main bersama mereka.
Kita mungkin pernah mendengar Rasulullah SAW bermain kuda-kudaan dengan cucunya? Bukankah kita juga mengetahui bagaimana Aqra' bin Habis At-Tamimi menyatakan keheranannya ketika melihat Rasulullah SAW mencium cucu-cucunya? Ketika itu Aqra' bin Habis At-Tamimi bercerita bahwa ia punya sepuluh orang anak, tapi tak satu pun yang pernah ia cium. Dan Rasulullah SAW murka karenanya. Kita juga pernah mendengar Rasulullah SAW menggendong cucunya Umamah putri Zainab, ketika sedang mengerjakan shalat? Hal ini menunjukkan bahwa bermain dan perhatian terhadap anak sangatlah penting bagi akidah anak kelak.
Kedua, berikan rangsangan kepada anak untuk berpikir. Berikan kepada mereka tantangan dengan melihat kehidupan ini secara nyata sambil pada saat yang sama membangun cita-cita mereka untuk berbuat. Kita rangsang mereka untuk berpikir tentang bagaimana memberi manfaat kepada alam semesta ini, menyelesaikan persoalan yang ada di dalam, dan kembali kepada Allah dalam keadaan ridha dan diridhai. Bukan dengan mengajarkan kalau mereka akan dihormati hanya karena adanya ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Hal Ini berarti kita harus membangun anak yang mempunyai cita-cita yang visioner. Bukan cita-cita pasif; belajar yang pintar, kalau sudah besar jadi dokter, kendaraannya helikopter. Bukan itu yang harus kita lakukan, cita-cita pasif seperti hanya akan membuatnya hatinya menjadi tumpul dan daya penggerak yang lemah.
Sesungguhnya, daya penggerak yang bersifat moralistik idealistik memiliki kekuatan yang lebih besar dalam membakar semangat anak dibanding sekedar mimpi tentang uang. Sayangnya, TV mengajarkan yang sebaliknya kepada kita. Bahkan acara dakwah pun isinya membangkitkan kerinduan kita pada uang. Kita bersedekah bukan untuk mendapatkan ridha Allah, tetapi untuk mendapatkan yang lebih. Secara psikolgis dakwah-dakwah seperti itu cenderung menciptakan orientasi religius ekstrinsik, orientasi yang rapuh dan mudah runtuh.
Ketiga, Untuk menciptakan anak-anak yang mempunyai jiwa visioner, kita perlu merangsang mereka untuk menjadi manusia-manusia idealis. Mereka bercita-cita besar karena memiliki idealisme yang kuat di atas landasan iman yang kokoh dan 'aqidah yang lurus. Dengan mempunyai cita-cita seperti ini anak akan terjaga orientasi kehidupannya.
Ini berarti, kita perlu merangsang anak-anak agar menjadi manusia idealis yang cerdas! Wallahu a'lam bish shawab.
'Alaa kulli haal, pada diri remaja ada tiga kecenderungan yang kuat; menyukai lawan jenis dengan segala aspeknya; dorongan untuk menemukan kebenaran yang sebenarnya yang membuat mereka cenderung idealis atau sebaliknya, meragukan kebenaran; serta kebutuhan untuk meneguhkan eksistensi sehingga keberadaannya diakui.
Dari pembahasan di atas, apa yang sudah kita persiapkan?
Sumber : Mohammad Fauzil Adhim
Posting Komentar untuk "Pentingnya Bimbingan dan Pendidikan Parenting Untuk Masa Depan Anak"