Syarat-Syarat Diterima Ibadah Oleh Allah SWT
Gambar : Pixabay.com
Dalam hidup ini setiap muslim diwajibkan untuk selalu mengerjakan ibadah. Berbeda dengan umat yang lain yang kadang melaksanakan ibadah pada waktu-waktu tertentu, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ibadah siang dan malam, terutama ibadah Shalat Fardhu yang dikerjakan lima kali sehari. Selain ibadah wajib, Umat Islam juga dianjurkan untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunat yang kesemua ibadah tersebut akan mendapat balasan disisi Allah SWT.
Akan tetapi bagaimana caranya agar semua ibadah yang telah dikerjakan diterima oleh Allah SWT. Ibadat tidak akan dinamai ibadat bila tidak memenuhi 2 syarat, yaitu:
1. Ibadat itu harus ikhlas karena Allah dan untuk Allah semata.
2. Cara-caranya beribadat harus sepenuhnya mengikuti seperti apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Bila satu ibadat dilakukan tidak ikhlas untuk Allah, atau tidak sepanjang apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW , maka tidaklah dapat dinamai ibadat lagi, tetapi hanya sekedar gerak badan atau latihan biasa saja.
Dalam hal ini manusia terbagi dalam 4 golongan, yaitu:
Pertama: Orang-orang yang beribadat ikhlas sepenuhnya untuk Allah dan melaksanakannya sesuai dengan cara atau sunnah yang ditetapkan oleh Rasulullah SAW Mereka inilah, yang benar-benar ahli “'Iyyaka na'budu”. Amal atau perbuatan mereka seluruhnya untuk Allah atau karena Allah, begitu juga semua perkataan yang keluar dari mulut mereka: mereka memberi, menerima, menyuruh atau melarang, cinta atau marah, semua itu seratus persen karena Allah dan untuk Allah lahir dan batin. Tidak karena mengharapkan balasan atau pujian terimakasih dari manusia, tidak pula untuk mencari kebanggaan. dan kemuliaan di hati sesama manusia, atau menghindarkan diri dari kebencian sesama manusia.
Manusia, dalam pandangan mereka dalam melakukan ibadat dan isti'anah, seperti orang-orang yang sudah mati (dalam kubur), mereka anggap tidak diharapkan manfaatnya, dan tidak pula mudharatnya. Tidak mereka harapkan dari manusia itu pujian, balasan, atau penghargaan. Mereka cuma mengharapkan pujian dan balasan dari Allah SWT.
Buat mereka cukup hanya Allah saja yang memuji, membalas dan menghargai atau memuliakan. Yang mereka harapkan hanya pujian Allah, cinta kasih Allah, balasan Allah.
Imam al-Fudhail bin iyadh berkata, “Amal yang baik itu ialah yang paling ikhlas dan paling benar”. Kemudian beberapa sahabat beliau bertanya, “Apa yang dimaksud dengan amal yang paling ikhlas dan paling benar?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya suatu amal perbuatan apabila dikerjakan dengan ikhlas tapi tidak dilakukan dengan cara yang benar, maka tidak akan diterima Allah SWT, sebaliknya apabila dikerjakan dengan benar tapi tidak dilakukan dengan ikhlas, maka tidak akan diterima pula oleh Allah SW. Semua amal ibadah itu baru diterima apabila dikerjakan dengan ikhlas dan benar. Yang dimaksud dengan ikhlas, amal yang dikerjakan semata-mata hanya karena Allah, dan yang dimaksud dengan benar ialah ibadah yang dikerjakana tersebut sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW
Dalah Surat Al-Kahfi ayat 110 Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa percaya akan menemui Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal salih, dan janganlah ia sekutukan (sertakan) seorang manusiapun dalam beribadat terhadap Allah.” (Q.S al-Kahfi : 110)
Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Tiap amal (ibadat) yang tidak sesuai dengan cara yang kami lakukan (perintahkan) akan ditolak" (H.R Muslim)
Setiap ibadat yang dilakukan tidak menurut contoh dari Rasulullah SAW tidak akan menambah dekat kepada Tuhan tetapi menambah jauh, sebab Allah SWT harus disembah secara yang diperintahkanNya, tidak menurut kemauan atau kcinginan-keinginan manusia sendiri.
Kedua: Ibadat yang dilakukan tidak ikhlas dan tidak pula sesuai dengan cara atau contoh yang ditetapkan Rasulullah SAW Yaitu ibadat pura-pura, ibadat orang-orang yang riya', atau ibadat taktis, politis atau diplomatis. Orang yang beribadat secara demikian adalah sejahat-jahat manusia, manusia yang paling dimurkai oleh Allah. Mereka inilah yang dimurkai Allah dalam al-Quran.
“Janganlah sekali-kali engkau mengira orang-orang yang gembira dengan apa yang sudah mereka lakukan, dan sangat suka dipuji atas sesuatu yang mereka tidak lakukan, janganlah sekali-kali engkau sangka yang mereka akan terlepas dari siksaan, bahkan bagi mereka siksa yang amat pedih.” (ali Imran: 188).
Termasuk dalam ancaman Allah tersebut di atas ini semua ahli-ahli bid'ah, ahli-ahli kesesatan dan syirik, yang membikin-bikin sendiri cara-cara beribadat tidak sesuai dengan contoh yang diberikan Rasulullah SAW Mereka juga termasuk ke dalam lingkungan Ahli al-Maghdhuubi'Alaihim dan Ahli Adh-Dhaalliin (orang yang dimurkai Allah dan sesat).
Ketiga: Ibadat yang dilakukan dengan ikhlas, tetapi tidak sesuai dengan contoh dari Rasulullah SAW Yaitu kebanyakan dilakukan oleh ahli-ahli ibadat tetapi bodoh, tak tahu aturan agama, lalu mereka bikin-bikin sendiri atau mereka tambah-tambah karena ingin dipandang orang sebagai ahli tasawwuf, zuhud atau fakir. Kadang-kadang mereka beribadat dengan menangis-nangis, melolong-lolong, kadang-kadang dengan bernyanyi-nyanyi dengan berbagaibagai irama suara, kadang-kadang dengan bersiul-siul. Kadang-kadang mereka mengasingkan diri, memencil, tirakat dengan meninggalkan jum'at dan perjuangan di tengah-tengah masyarakat manusia. Kadang-kadang mereka berpuasa yang terus-menerus siang dan malam, kadang-kadang mercka berpuasa di hari raya berbuka, dan lain-lain.
Keempat: Ibadat yang dilakukan menurut contoh Rasulullah SAW tetapi tidak dengan ikhlas. Ibadat yang betul, benar, tetapi dasarnya yang salah. Ibadat yang dilakukan secara betul dan benar tetapi disertai perasaan riya'. Mereka maju ke medan perang untuk mendapat julukan pahlawan atau pembcrani; atau untuk mendápatkan pangkat dan bintang, mereka pergi ke Makkah semata-mata ingin disebut Haji, membaca al-Quran ingin agar diketahui manusia bagus lagunya dan suaranya. Amalan dan ibadat mereka támpaknya baik dan betul, tetapi yang sebenarnya tidak baik dan tidak sah dan tidak diterima oleh Allah.
Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman yang artinya:
"Tidaklah mereka diperintahkan, kecuali agar mereka beribadat menyembah Allah secara ikhlas beragama untukNya.” (al-Bayyinah:5)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk diterimanya amal ibadah oleh Allah SWT, maka wajib bagi kita untuk mengerjakan Ibadah dengan Ikhlas dan sesuai dengan petunjuk sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Sumber : Samudera Al-fatihah, Karangan Bey Arifin
Posting Komentar untuk "Syarat-Syarat Diterima Ibadah Oleh Allah SWT"