Peran Orang Tua Dalam Membantu Remaja Menemukan Jati Diri
Salah satu tugas para pemuda dan remaja adalah menemukan jati dirinya. Dengan mengenal diri, para remaja akan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan kehidupannya dan menggunakan potensinya untuk meraih hasil terbaik. Sangatlah rugi apabila para remaja tidak cukup tahu tentang diri mereka sendiri dan kita menunggu orang lain yang memberitahukannya. Terlambat dalam mengenali diri akan menyebabkan remaja salah membuat kesimpulan yang akan mempengaruhi masa depannya.
Dalam hal ini, Remaja butuh bantuan dari orang tuanya. Remaja membutuhkan bimbingan dan arahan mereka sehingga tidak kehilangan kesempatan besar yang datang dalam hidup mereka dan menghindari kesalahan besar yang bisa mereka lakukan. Berikut ini beberapa catatan mengenai hal di atas.
Remaja kadang sulit menerima apa yang dikatakan orang tuanya, walaupun mereka hanya diam dan tidak membantah. Sebagai contoh bila kita mengatakan, “Kamu mengerjakan dengan sangat baik soal matematika dan jika kamu menjadikannya prioritas, kamu akan memiliki nama besar sebagai seorang ahli matematika”. Dia akan sangat mungkin tidak menjawab pengamatan kita dengan sungguh-sungguh atau dia mungkin berkata dalam hati, “Tidak, matematika bukanlah pelajaran favoritku. Aku hanya melakukannya dengan baik karena aku bekerja keras".
Akan lebih baik dalam situasi seperti ini kita terlibat membantu mereka menemukan jati diri mereka. Dukung mereka kapan pun ada kesempatan, contohnya saat mereka mengikuti lomba matematika. Jika sekolah mereka memiliki program belajar kelompok, yang mana siswa yang pandai membantu belajar temannya, maka dukunglah dia menjadi salah satu tutornya. Kesempatan seperti itu akan membantu memotivasi mereka agar bisa menjadi guru matematika yang hebat di masa depan.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan. Kita bisa perhatikan apabila putra atau putri kita memiliki kelebihan dalam berpidato, menulis, memimpin teman-temannya, menjalin hubungan dengan orang-orang sekitar, menghafal, penguasaan diri, dan lain sebagainya. Tugas kita sebagai orang tua adalah untuk menemukan kelebihan-kelebihan itu dalam diri anak kita dan membantu mereka mengembangkannya.
Mungkin kita berkonsultasi dengan guru-guru mereka dan meminta bantuannya karena para guru juga cukup mengenal anak-anak kita terutama saat berada di sekolah. Kita bisa menemukan dalam sejarah mengenai kisah sukses dari orang tua atau guru yang menemukan bakat para remaja dan mengasah potensi mereka dan hasilnya dalam beberapa peristiwa sangat mengagumkan. Kita bisa melihat kisah Malik bin Anas, ulama pendiri Mazhab Maliki. Saat beliau masih remaja, beliau memutuskan untuk belajar syair dan mengatakan kepada ibunya keinginannya tersebut. Namun, sang ibu mengatakan, "Tidak anakku, orang-orang tidak menikmati syair dari seorang pemuda yang berkumis. Namun, datanglah kepada Rabi'ah bin Abdurrahman, ulama ahli fikih, kamu akan belajar darinya akhlak sebelum menjadi ulama." Imam Malik remaja pun segera melakukan perintah Ibunya dan dia kemudian berkata, "Dan engkau lihat hasil pergaulanku dengan para ahli fikih!”
Menemukan jati diri termasuk mengetahui aspek positif dan negatif. Hal ini berarti bahwa orang tua dapat menyampaikan kepada putra-putrinya kekurangan dalam karakter mereka, yang mungkin apabila dibiarkan akan memberi efek negatif bagi mereka di kemudian hari. Efek seperti itu dapat bertambah panjang, seperti bandel, boros, sombong, sedikit rasa hormat untuk orang lain, dan sebagainya. Salah satu faktor keberhasilan dalam mendidik remaja adalah ketepatan dalam memilih saat dan cara yang tepat untuk memberi nasihat kepada mereka.
Dapat dilihat bahwa sebagian orang tua sering terburu-buru, setiap kali mereka melihat sesuatu yang salah dalam perilaku anak-anak mereka, orang tua langsung menyalahkan tanpa berpikir panjang apakah anak-anak itu sudah siap atau belum untuk mendengar dan mengindahkan apa yang mereka sampaikan.
Waktu yang tepat untuk berdiskusi tentang kekurangan perilaku remaja biasanya tidak datang saat mereka melakukan kesalahannya. Orang tua sebaiknya memilih waktu yang tenang saat dia berada dalam suasana hati yang baik dan sedang sendirian. Nada bicara pun harus menyenangkan dan lembut. Sebaiknya berbincang hal lain terlebih dahulu sebelum ke pokok permasalahan.
Contoh Sikap Seorang Ayah Dalam Membimbing Remaja
Ada seorang ayah yang menemukan anak laki-lakinya telah berbohong bahwa dia kemarin malam sedang bersama sepupunya, padahal sebenarnya dia tengah bersama kawan-kawannya jalan-jalan di mal. Sang ayah juga menemukan bahwa anaknya berbohong lagi dengan menyatakan bahwa guru agamanya memarahinya karena rambutnya yang panjang, meskipun tidak demikian sebenarnya. Terdapat kebohongan lagi yang mirip, tetapi sang ayah adalah orang yang bijak dan dia tidak menunjukkan sikapnya saat itu, bahkan setelah dua bulan setelah kebohongan pertama. Dia menunggu kesempatan yang tepat untuk membicarakan anaknya dan akhirnya kesempatan itu datang. Pada suatu pagi saat sang anak meminta uang untuk dipinjamkan kepada sepupunya. Sang ayah tidak memberikan uang yang diminta meski hal itu cukup aneh baginya. Kemudian terungkap bahwa sang anak telah meminjam uang dari sepupunya dan uang yang diminta itu untuk membayar utangnya. Sang ayah pun mengajak si anak jalan-jalan menuju taman terdekat. Ayah memulai pembicaraan dengan bercanda dan senda gurau, kemudian baru membawa topik permasalahannya. Akhirnya, sebelum mereka kembali ke rumah, sang anak berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sudah dia perbuat dan sang anak pun menepati janjinya.
Sumber : Anakmu Sudah Remaja, Karangan Prof. Abdul Karim Bakkar
Gambar : unplash.com
Dalam hal ini, Remaja butuh bantuan dari orang tuanya. Remaja membutuhkan bimbingan dan arahan mereka sehingga tidak kehilangan kesempatan besar yang datang dalam hidup mereka dan menghindari kesalahan besar yang bisa mereka lakukan. Berikut ini beberapa catatan mengenai hal di atas.
Remaja kadang sulit menerima apa yang dikatakan orang tuanya, walaupun mereka hanya diam dan tidak membantah. Sebagai contoh bila kita mengatakan, “Kamu mengerjakan dengan sangat baik soal matematika dan jika kamu menjadikannya prioritas, kamu akan memiliki nama besar sebagai seorang ahli matematika”. Dia akan sangat mungkin tidak menjawab pengamatan kita dengan sungguh-sungguh atau dia mungkin berkata dalam hati, “Tidak, matematika bukanlah pelajaran favoritku. Aku hanya melakukannya dengan baik karena aku bekerja keras".
Akan lebih baik dalam situasi seperti ini kita terlibat membantu mereka menemukan jati diri mereka. Dukung mereka kapan pun ada kesempatan, contohnya saat mereka mengikuti lomba matematika. Jika sekolah mereka memiliki program belajar kelompok, yang mana siswa yang pandai membantu belajar temannya, maka dukunglah dia menjadi salah satu tutornya. Kesempatan seperti itu akan membantu memotivasi mereka agar bisa menjadi guru matematika yang hebat di masa depan.
Setiap orang memiliki kelebihan dan kelemahan. Kita bisa perhatikan apabila putra atau putri kita memiliki kelebihan dalam berpidato, menulis, memimpin teman-temannya, menjalin hubungan dengan orang-orang sekitar, menghafal, penguasaan diri, dan lain sebagainya. Tugas kita sebagai orang tua adalah untuk menemukan kelebihan-kelebihan itu dalam diri anak kita dan membantu mereka mengembangkannya.
Mungkin kita berkonsultasi dengan guru-guru mereka dan meminta bantuannya karena para guru juga cukup mengenal anak-anak kita terutama saat berada di sekolah. Kita bisa menemukan dalam sejarah mengenai kisah sukses dari orang tua atau guru yang menemukan bakat para remaja dan mengasah potensi mereka dan hasilnya dalam beberapa peristiwa sangat mengagumkan. Kita bisa melihat kisah Malik bin Anas, ulama pendiri Mazhab Maliki. Saat beliau masih remaja, beliau memutuskan untuk belajar syair dan mengatakan kepada ibunya keinginannya tersebut. Namun, sang ibu mengatakan, "Tidak anakku, orang-orang tidak menikmati syair dari seorang pemuda yang berkumis. Namun, datanglah kepada Rabi'ah bin Abdurrahman, ulama ahli fikih, kamu akan belajar darinya akhlak sebelum menjadi ulama." Imam Malik remaja pun segera melakukan perintah Ibunya dan dia kemudian berkata, "Dan engkau lihat hasil pergaulanku dengan para ahli fikih!”
Menemukan jati diri termasuk mengetahui aspek positif dan negatif. Hal ini berarti bahwa orang tua dapat menyampaikan kepada putra-putrinya kekurangan dalam karakter mereka, yang mungkin apabila dibiarkan akan memberi efek negatif bagi mereka di kemudian hari. Efek seperti itu dapat bertambah panjang, seperti bandel, boros, sombong, sedikit rasa hormat untuk orang lain, dan sebagainya. Salah satu faktor keberhasilan dalam mendidik remaja adalah ketepatan dalam memilih saat dan cara yang tepat untuk memberi nasihat kepada mereka.
Dapat dilihat bahwa sebagian orang tua sering terburu-buru, setiap kali mereka melihat sesuatu yang salah dalam perilaku anak-anak mereka, orang tua langsung menyalahkan tanpa berpikir panjang apakah anak-anak itu sudah siap atau belum untuk mendengar dan mengindahkan apa yang mereka sampaikan.
Waktu yang tepat untuk berdiskusi tentang kekurangan perilaku remaja biasanya tidak datang saat mereka melakukan kesalahannya. Orang tua sebaiknya memilih waktu yang tenang saat dia berada dalam suasana hati yang baik dan sedang sendirian. Nada bicara pun harus menyenangkan dan lembut. Sebaiknya berbincang hal lain terlebih dahulu sebelum ke pokok permasalahan.
Contoh Sikap Seorang Ayah Dalam Membimbing Remaja
Ada seorang ayah yang menemukan anak laki-lakinya telah berbohong bahwa dia kemarin malam sedang bersama sepupunya, padahal sebenarnya dia tengah bersama kawan-kawannya jalan-jalan di mal. Sang ayah juga menemukan bahwa anaknya berbohong lagi dengan menyatakan bahwa guru agamanya memarahinya karena rambutnya yang panjang, meskipun tidak demikian sebenarnya. Terdapat kebohongan lagi yang mirip, tetapi sang ayah adalah orang yang bijak dan dia tidak menunjukkan sikapnya saat itu, bahkan setelah dua bulan setelah kebohongan pertama. Dia menunggu kesempatan yang tepat untuk membicarakan anaknya dan akhirnya kesempatan itu datang. Pada suatu pagi saat sang anak meminta uang untuk dipinjamkan kepada sepupunya. Sang ayah tidak memberikan uang yang diminta meski hal itu cukup aneh baginya. Kemudian terungkap bahwa sang anak telah meminjam uang dari sepupunya dan uang yang diminta itu untuk membayar utangnya. Sang ayah pun mengajak si anak jalan-jalan menuju taman terdekat. Ayah memulai pembicaraan dengan bercanda dan senda gurau, kemudian baru membawa topik permasalahannya. Akhirnya, sebelum mereka kembali ke rumah, sang anak berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sudah dia perbuat dan sang anak pun menepati janjinya.
Sumber : Anakmu Sudah Remaja, Karangan Prof. Abdul Karim Bakkar
Posting Komentar untuk "Peran Orang Tua Dalam Membantu Remaja Menemukan Jati Diri"