Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Husnudzan, Berprasangka baik kepada Allah

Oleh : Julia Wardatul Jannah

Husnudzan, Berprasangka baik kepada Allah
Sumber foto : www.republika.com

Islam adalah agama yang sangat sempurna, yang merupakan penyempurna dari agama-agama sebelumnya yang pernah Allah turunkan. Allah Subhanahu wata’ala memberikan dua pedoman buat seluruh kaum muslimin dalam menjalankan syari’at agamanya, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Kedua pedoman tersebut mengatur segenap kehidupan, baik hubungan manusia dengan sang pencipta, hubungan sesama manusia, maupun hubungan dengan makhluk hidup lainnya.

Tidak ada yang tidak diatur dalam Islam, berbagai hal mulai dari yang besar sampai yang kecil telah diatur secara terperinci, dan dalam aplikasinya telah dicontohkan dengan jelas oleh Rasulullah SAW. Dalam hal hubungan sesama manusia, Islam telah mengajarkan bagaimana sikap seorang muslim dari awal dia bangun tidur sampai tidur kembali. Adanya aturan seperti itu, bukanlah berarti Islam melakukan pemaksaan atau membebani seorang muslim dari kebebasannya, akan dengan adanya aturan ataur pedoman semakin menjelaskan bagaimana perhatian islam terhadap pengikutnya.

Dalam Islam, seorang muslim dituntut untuk selalu berpikir positif, bahwasanya segala hal yang menimpanya merupakan bentuk dari kasih sayang Allah kepadanya. Karena, sungguh tidak ada satupun yang menyebabkan kerugian pada seorang muslim bagaimanapun keadaannya. Sifat ini perlu selalu diasah dengan memperbanyak ilmu dan memperbanyak pergaulan dengan orang-orang yang shaleh.

Dalam Surat Al-Baqarah Ayat 155-157 Allah Subhanahu wata’la berfirman, yang artinya :

Dan sesungguhnya kami akan memberikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Merekalah yang akan mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al Baqarah 155-157)

Semua pemberian dan cobaan dari Allah merupakan cara Allah menyeleksi manusia menurut tingkat amalan dan ketaatannya kepada Allah. Sebagian manusia menganggap bahwasanya cobaan tersebut hanyalah ujian ketika ditimpa musibah dan kesusahan. Padahal banyaknya kenikmatan yang diberikan terus-menerus juga merupakan cobaan dari Allah. Tujuannya adalah untuk menguji manusia apakah masih ingat kepada Allah tatkala mereka mendapat kesenangan.

Selanjutnya, Rasulullah SAW besabda dalam haditnya yang diriwayatkan oleh Muslim yang artinya :

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, Apapun yang menimpanya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, dan itu menjadi kebaikan baginya. Dan begitu juga sebaliknya apabila dia ditimpa dengan kesusahan, maka dia pun akan bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan bagi baginya.” (H.R Muslim)

Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa tiada hal buruk yang terjadi bagi seorang muslim, semua yang terjadi akan membawa keberuntungan bagi dirinya apabila disikapi dengan berprasangka baik kepada Allah. Dalam hadist terserbut dijelaskan bahwa ada dua sifat yang membuat muslim itu beruntung yaitu sifat sabar dan bersyukur. Apabila kedua sifat itu sudah ada pada dirinya maka dia akan merasakan kedamaian di dalam dadanya. Tiada sesuatupun yang terjadi di alam ini tanpa sepengetahuan Allah. Allah maha mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi.

Perbuatan sabar dan syukur akan membawa kepada kedamaian dan kenikmatan dalam dalam kehidupan. Keduanya akan membawa kebahagian di dunia dan di akhirat. Di dunia dia akan diberikan ketenangan, dihindari dari kesusahan dan sifat iri dengki, sedangkan di akhirat dia akan mendapat pahala yang berlipat dari Allah SWT.

Posting Komentar untuk "Husnudzan, Berprasangka baik kepada Allah"