Kisah Tabi’in Rabi’ah ar-Ra’yi bin Abdurrahman Farrukh dan Ibundanya
Gambar : mutiara hikmah official
Sebuah kisah yang sangat menginspirasikan dan menjadi motivasi bagi para ibu dalam mendidik anaknya adalah kisah ibunda dari Rabi'ah, bagaimana tidak ketika dia ditinggal oleh suaminya untuk berjuang fii Sabilillah adalah sedang dalam keadaan mengandung anak pertama dan suaminya menitipkan uang sebanyak 30 dinar. Dalam kisah tersebut disebutkan juga beliau bertemu ayah beliau (Farrukh ) setelah terpisah selama 27 tahun. Saat pertemuan itu, sang ayah terkejut dan bangga karena ternyata beliau sudah menjadi Ulama besar di Madinah. Saat meninggalkan anaknya dulu, Rupanya, uang itu digunakan istrinya untuk membiayai pendidikan sang anak hingga berhasil menjadi seorang alim. Rabi’ah al Ra’yi rahimahullah sebenarnya tokoh nyata. Beliau seorang alim besar dari kalangan Tabi’in
Rabi'ah merupakan salah seorang tabi'in yang merupakan ahli fiqih, hadits, serta mujtahid ternama dari kota Madinah. Ayahnya adalah Abu Abdurrahman Farrukh. Ayahnya pergi berperang pada saat ia belum dilahirkan dan ia dibesarkan oleh ibunya di Madinah. Rabi’ah banyak belajr dari beberapa orang sahabat nabi dan dari para tabi’in. Diantara paa gurunya adalah Anas bin Malik, As-Saib bin Yazid, Hanzhalah bin Qais, Makhul asy-Syami, Salamah bin Dinar, Sa'id bin al-Musayyib, dan Al-Qasim bin Muhammad.
Berikut kisahnya
Disaat usianya masih muda Farrukh suka berperang dan ketika usianya 30 tahun, beliau memutuskan untuk membangun keluarga maka dia menikah dengan seorang gadis bernama Suhailah yang sempurna agamanya, matang pikirannya dan cantik, Farukh membeli sebuah rumah di Madinah. Farrukh hidup bahagia bersama istrinya. Namun karena jiwanya suka berjihad maka timbul perasaan rindu untuk berjihad kembali walaupun kenyamanan, kebahagiaan bersama istrinya telah dia rasakan.
Pada suatu hari, tepatnya hari jum’at, Farrukh mendengar khathib berhutbah di masjid Nabawi dengan mengabarkan berita gembira tentang kemenangan pasukan muslim di berbagai medan berperang, Khathib mengajak jama’ah untuk turut berjihad fii Sabilillah dan menganjurkan untuk meraih syahid untuk meninggikan agama-Nya dan mengharap keridhaan-Nya,.
Kemudian pulanglah Farrukh ke rumahnya sementara dia telah bertekad bulat untuk bergabung bersama kaum muslimin dibawah bendera kaum muslimin. Kemudian dia menyampaikan niatnya kepada sang isteri.
Mendengar penuturan suaminya, kemudian istrinya berkata : “Wahai Abu Abdurrahman, seandainya engkau pergi, kepada siapakah engkau akan menitipkan diriku dn calon bayi dikandunganku, sedangkan aku adalah orang asing yang tidak mempunyai seorang saudarapun di Kota Madinah.”
Kemudian Farrukh berkata : “ Aku menitipkanmu kepada Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya aku akan menigalkan uantukmu sebnayak 30.000 dinar yang telah aku kumpulkan dari ghanimah perang selama ini. Jagalah dan pergunakanlah harta itu dengan sebaik-baiknya. Belanjakanlah harta itu dengan baik untuk keperluanmu dan anak kita, hingga aku pulang dengan selamat atau Allah mengkaruniai kesyahidan kepadaku,
Setelah itu, Farrukh pergi kemedan jihad. Setelah beberapa bulan keberangkatan Farrukh, istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang berwajah tampan. Istrinya pun akhirnya melahirkan tanpa suami disampingnya bahkan tiada kabar. Sang ibu menyambutnya dengan penuh bahagia sehingga mampu mengalihkan perhatiannya yang sekian lama telah berpisah dengan suaminya. Bayi laki-laki itu diberi nama ar-Rabi’ah.
Setelah berumur beberapa tahun Rabi’ah diserahkan oleh ibunya kepada para guru untuk memberikan pendidikan dan ilmu yang bermanfaat. Selain itu ibunya juga mengundang para ulama untuk mengajarkan ilmu adab dan budi pekerti kepada Rabi’ah. Sampai akhirnya Rabi’ah tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, ganteng dan punya kemampuan dalam menguasai berbagai macam ilmu.
Setelah melewati 27 tahun, maka pada suatu hari Farrukh pulang kerumah, didapatinya seorang pemuda berada dirumahnya. Dengan rasa cemburu dia menghampiri pemuda tersebut dan pemuda tersebut pun tidak mengizinkan Farrukh masuk kedalam rumah karena dia adalah orang asing, maka terjadilah pertengkaran antara keduanya sehingga terdengar oleh ibunda Rabi'ah. Ibundapun keluar dan alangkah terkejutnya ketika dia melihat suaminya telah kembali. Dengan perasaan bahagia ibunda pun memberitahu kepada Rabi'ah bahwa didepannya adalah ayahnya.
Demikianlah kisah masa kecil Rabi’ah, dengan didikan ibunya akhirnya ia menjadi seorang ulama ahli fiqih, hadits, serta mujtahid ternama dari kota Madinah.
Penulis : Julia Wardatul Jannah, dari berbagai sumber
Posting Komentar untuk "Kisah Tabi’in Rabi’ah ar-Ra’yi bin Abdurrahman Farrukh dan Ibundanya"