Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Seorang Lelaki Yang Meminta Izin Kepada Rasulullah Untuk Berzina

Kisah Seorang Lelaki Yang Meminta Izin Kepada Rasulullah Untuk Berzina
Gambar : Hukuman cambuk untuk Pezina di Aceh /AFP

Satu ketika, seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Kepada beliau, ia mengajukan permintaan yang sangat tidak sopan, Ia berkata : "Ya Rasulullah, lzinkan saya berzina,"

Laki-laki ini sebelumnya telah menyampaikan keinginannya untuk masuk Islam. la bahkan bersedia menjalankan semua syariat agama, asal satu hal: tetap diberi kebebasan berzina. Ia belum bisa menghentikan kebiasaan buruknya itu.

Betapa kurang ajarnya laki-laki itu. Mengaku bertobat, tapi masih ingin berzina. Tak heran bila beberapa sahabat Nabi marah dibuatnya, malah ada yang akan menghukumnya karena dianggap tidak sopan dihadapan Rasulullah. Lalu, apa yang dilakukan Rasulullah kemudian?

Beliau mendekati laki-laki dan mendekapnya erat-erat. Lalu mengusap dadanya, memunajatkan doa, seraya bertanya, “Engkau mempunyai ibu?”

“Punya ya Rasulullah." Pemuda itu menjawab

Rasulullah kembali bertanya : “Maukah engkau bila ibumu dizinai laki-laki lain?"

“Tidak. Saya tidak rela ibuku dizinai orang lain," jawabnya.

“Engkau punya adik perempuan?” Rasulullah melanjutkan pertanyaannya.

“Punya, ya Rasul.”

“Relakah engkau jika saudaramu itu dizinai orang lain?”

“Tidak. Saya tidak rela."

“Bagaimana bila istrimu dan anak perempuanmu dizinai orang lain, relakah hatimu?”

“Tidak. Saya tidak rela.”

Maka, Rasulullah bersabda, “Tahukah engkau. Wanita yang engkau zinai mungkin ibu dari orang lain yang seperti ibumu juga. Wanita itu mungkin adik orang lain sebagaimana adikmu juga. Mungkin pula istri dan anak orang lain. Orang lain itu juga sepertimu, tidak suka ibu dan adiknya dizinai. Tidak rela jika istri atau anak perempuannya digagahi. Nah, masihkah engkau ingin meneruskan kesukaanmu itu?”

Lelaki ini nampaknya menyimak dengan seksama setiap kalimat yang dikemukakan Rasulullah, sehingga dengan spontan dia berkata, “Tidak ya Rasul, Saya tidak akan berzina lagi."

Selanjutnya dikisahkan, laki-laki itu tidak pernah lagi berzina selama sisa hidupnya dan tiada perbuatan yang paling dibenci kecuali zina.

Kehalusan budi pekerti Rasulullah memang kental dan senantiasa tertata dalam kondisi bagaimanapun keadaannya, termasuk saat menghadapi perilaku umatnya yang keterlaluan di atas. Beliau orang yang paling mengetahui keadaan jiwa manusia sehingga bisa menyikapi berbagai macam orang sesuai keadaan pikiran mereka.

Dalam memberi nasihat, beliau sangat cermat dan tepat. Tidak asal-asalan, tetapi dengan memilih cara yang paling bijak. Sampai permintaan seperti diataspun, tidak dihadapi dengan kemarahan, tetapi dengan kasih sayạng. Beliau ajukan pertanyaan-pertanyaan yang masuk dalam kalbu dan menyentuh fitrah nurani yang suci.

Laki-laki itu pada mulanya memiliki ukuran sendiri terhadap apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak. Sebelumnya, ia merasa zina boleh-boleh saja. Bila ia hidup di zaman kini, mungkin ia termasuk sebagai kaum yang membela seks bebas. Ia beranggapan tidak ada yang dirugikan. Sama-sama senang, sehingga dengan ringannya mengajukan dispensasi untuk tetap dibolehkan berzina.

Namun setelah didoakan dan dan dijelakan oleh Rasulullah, maka hatinya menjadi terbuka. Kebiasaan berzina yang dianggapnya sesuatu yang boleh-boleh saja itu, ternyata disadarinya sebagai sesuatu kezhaliman. Mata hatinya yang telah terbuka itu kini melihat dengan jelas bahwa zina itu perilaku yang menjijikkan.

Zina merupakan perbuatan nista yang wajib disingkirkan dari kehidupannya. Dari hati yang paling dalam ada bisikan “zina itu keji', dan getaran itu menerobos mentalnya dan terucap dalam tekad, “Tidak ya Rasul. Saya tidak akan berzina lagi."

Jelaslah, ternyata seburuk-buruk orang, masih terdapat bisikan mulia dalam hatinya. Meski secara mental sudah rusak parah, tetapi masih menyimpan secercah cahaya kemuliaan dalam jiwanya. Kalau saja setiap orang mau membuka hati dan mendengar bisikan mulia itu, akan jelaslah baginya mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Bisikan mulia itulah fitrah ruhani yang telah ditiupkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam jiwa manusia. Fitrah itu tetap tidak berubah. Maka Nasihat-nasihat yang bijaksana seperti yang dilakukan Rasulullah, akan mencerahkan dan membuat nurani terbuka.

Sumber : www.hidayatullah.com

Posting Komentar untuk "Kisah Seorang Lelaki Yang Meminta Izin Kepada Rasulullah Untuk Berzina"