Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bahaya Menyerupai Orang Kafir, Merobohkan Akidah

Bahaya Menyerupai Orang Kafir, Merobohkan Akidah
Gambar : Yufid.TV

Kaget dan sedih bercampur menjadi satu dalam diri Rasulullah Shallallahu alaihi wa salam (SAW). Ada sebagian sahabat yang baru masuk Islam, belum sepenuhnya bisa melupakan tradisi dan kebiasaannya ketika masih kafir. Padahal, Rasulullah SAW sangat membenci perkara seperti itu. Urusan meniru tradisi orang-orang kafir atau yang lebih dikenal dengan istilah tasyabbuh bil kuffar adalah perkara yang sangat tidak disukai oleh Rasulullah SAW.

Kița tentu ingat ketika Rasulullah SAW dan para sahabatnya hendak menentukan cara memanggil orang untuk pergi shalat berjama'ah. Banyak sekali opsi yang diajukan kepada beliau. Ada yang mengajukan lonceng dan ada pula yang menyalakan api. Tapi semuanya ditolak mentah-mentah. Alasan utamanya satu. Semua itu sudah menjadi tradlsi orang-orang kafir. Dan agama kita dibangun atas dasar menyelisihi tradisi orang-orang kafir.

Islam adalah agama yang Paling Mulia, Syari’at yang ada dalam agama Islam sudah sangat lengkap sehingga Islam tidak memerlukan lagi berbagai tambahan dari agama yang lain.  Rasulullah SAW memang sangat anti mengikuti kebiasaan orang-orang kafir. Sebab Islam yang beliau bawa adalah ajaran yang sempurna, mulia, tinggi dan tidak ada yang bisa menandinginya. Rasulullah SAW bersabda: “Islam itu tinggi dan tidak ada yang bisa berada di atasnya.” (Riwayat Bukhari).

Jika logika sehat kita berfungsi dengan baik, pasti kita akan menjauhi setiap tradisi orang kafir. Kenapa? Karena pegangan yang mereka yakini sebagai sebuah kebenaran, tidak lain adalah hasil rumusan olak manusia yang tak luput dari salah dan pengaruh syahwat. Kitab-kitab yang mereka klaim sebagai kitab suci pun sudah mengalami banyak penyimpangan. Berulang kali direvisi untuk menyesuaikan dengan kepentingan duniawi para penganutnya.

Tentu bisa dibayangkan, akan seperti apa kaum Muslimin jika mencontoh męreka. Akan seperti apa akhlak umat Islam jika mencontoh sebuah kelompok yang sudah sedemikian bobrok keadaannya?

Satu-satunya yang bisa diikuti adalah jika perkara itu berkaitan dengan urusan duniawi. Dengan syarat hal itu bernilai positif dan tidak bertentangan dengan al-Qur'an dan Hadits. Seperti dalam urusan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebenarnya sikap seperti itu bukanlah meniru. Tapi mengembalikan kebaikan yang hilang dari kaum Muslimin. Sebab, alhikmah atau kebaikan itu adalah barang hilang (dhollatul mukmin) kaum Mukmin yang harus selalu dicari. Di manapun kita mendapatkannya, maka kitalah yang paling berhak atasnya.

Tasyabbuh Menodai Akidah, Tasyabbuh (menyerupai) bukanlah persolan akhlak semata. Efek dan akibatnya bisa merembet pada masalah akidah. Tasyabbuh dalam tingkat yang paling tinggi bisa merobohkan akidah kita. Mengapa? Sebab tasyabbuh berkait erat dengan al-Wala' wal Bara yang juga merupakan salah satu penentu kafir dan mukminnya seseorang. Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT) berfirman,

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (al-Mujadilah : 22).

DR. Abdullah bin Abdul Aziz al-Jibrin menyebutkan, tasyabbuh adalah benluk wala' yang haram yang bisa mengeluarkan seseorang dari lingkaran Islam. Tasyabbuh yang dimaksud adalah tasyabbuh secara mutlak. Artinya, ia menyerupai orang kafir dalam semua hal. Atau ia menyerupai orang kafir dalam perkara-perkara yang bisa mengeluarkannya dari Islam.

Sungguh menyedihkan, virus-virus tasyabbuh ini kini telah memasuki semua bilik-bilik kehidupan kaum Muslimin. Nyaris tidak ada ruang kehidupan kita yang steril dari penyakit yang sangat berbahaya ini. Kaum Muslim sudah sangat banyak yang terjangkiti olehnya.

Mari kita perhatikan dan merenung sejenak. Dalam bidang akidah, kita menyaksikan beragam bentuk kesyirikan. Jika diteliti akar sejarahnya, ritual-ritual syirik itu adalah hasil adopsi dari orang-orang kafir. Hal yang sama juga terjadi dalam bidang ibadah, banyak sekali ibadah-ibadah yang sama sekali tidak dikenal di zaman Rasulullah SAW tapi ternyata cukup populer di kalangan orang-orang kafir.

Dalam bidang akhlak apalagi. Kawula muda kita bahkan merasa kuno dan ketinggalan jaman jika tidak bisa mengikuti gaya dan tradisi orang kafir. Mereka akan merasa sangat terhina jika tidak ikut merayakan hari valentine. Dalam bidang politik pun demikian. Aktivis Islam sudah mulai tidak bangga dengan keislamannya. Mereka lebih berani meneriakkan demokrasi daripada Islam dan penegakan syariat. Bahkan yang paling parah, sebagian mereka sudah sangat enjoy dan menjadi penikmat demokrasi. Padahal, sistem ini muatannya hanya berkisar antara perkara kufur, syirik, haram dan syubhat. Kalupun ada maslahatnya, maka persentasinya sangat kecil dibanding keburukannya.

Sebagai seorang Mukmin, kita seharusnya segera sadar dengan realitas diatas. Kita terlahir di bumi ini mengemban amanah dari Allah SWT. Amanah terbesar itu adalah mewujudkan penghambaan yang murni hanya kepada-Nya. Tasyabbuh bil kuffar dalam semua dimensinya adalah merupakan penghambat utama lerlaksananya amanah ini. Sebab, misi orang kafir itu hanyalah memalingkan umat Islam dari berhamba secara murni kepada Allah SWT. Jika kita menirunya, otomatis kita akan terjebak dalam misi busuk itu.

Menjadi hamba Allah SWT yang muwahhid (bertauhid) adalah syarat utama meraih kasih sayang Allah SWT. Dan tentu hal itu sudah menjadi harapan dan impian setiap Mukmin. Sebab hanya dengan kasih sayang Allah SWT itulah kita bisa meniti kehidupan ini di atas jalur yang shahih. Kebahagiaan hidup duniawi dan ukhrawi kita pun sangat bergantung pada sukses tidaknya kita dalam meniti jalan di dunia ini.

Secara lisan kita mungkin sering berdoa “Ya Allah kasihilah aku." Jeritan hati, dan ucapan lisan kerap kali tidak bersepakat dengan amalan kita. Hati dan lisan kita menginginkan kasih sayang Allah SWT, tapi amalan kita justru mengusir kasih sayang Allah SWT itu.

Salah satu amalan yang bisa mengusir kasih sayang Allah SWT itu adalah tasyabbuh bil kuffar. Menurut Rasulullah SAW, orang yang bertasyabbuh dengan orang kafir akan menjadi bagian dari mereka. Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang menyerupakan dengan sebuah kaum maka ia bagian dari mereka." (Riwayat Abu Daud).

Bagaimana mungkin kasih sayang yang spesial itu akan menghampiri kita, jika kita justru tergabung dalam orang-orang kafir yang tentu sangat jauh dari kasih sayang Allah SWT. Lalu apakah yang akan tersisa dari hidup kita jika Allah SWT sudah enggan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada kita? Karenanya hentikan tasyabbuh sekarang juga!

Ahmad Rifa'i/Suara Hidayatullah




Posting Komentar untuk "Bahaya Menyerupai Orang Kafir, Merobohkan Akidah"