Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Awal Mula Seruan Azan

Kisah Awal Mula Seruan Azan

Pada peristiwa Isra Mi'raj, Nabi Muhammad menerima perintah shalat wajib. Perintah ini datang langsung dari Allah subhanahu wa ta'ala. Lima waktu dalam sehari. Shubuh di pagi hari, zhuhur di siang hari, ashar di sore hari, maghrib saat senja, dan isya menjelang malam. Perintah shalat turun tiga tahun sebelum Hijrah. Ketika Rasulullah masih berada di Makkah. Rasulullah dan kaum muslimin belum bebas melaksanakan shalat berjamaah.

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendirikan masjid nabawi. Di masjid ini, kaum muslimin bisa melaksanakan shalat lima waktu berjamaah. Rasulullah menjadi imam. Inilah rahmat terbesar bagi orang-orang yang beriman, mereka bisa shalat di belakang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Kisah Awal Mula Seruan Azan
Gambar : Pixabay.com

Kaum muslimin Madinah mendatangi masjid ketika waktu shalat tiba. Karena belum ada adzan, mereka saling mengingatkan saudaranya ketika waktu shalat tiba. Lalu bersama-sama mendatangi masjid Nabawi. Suatu ketika, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengumpulkan para sahabatnya. Beliau merasa perlu ada panggilan khusus yang menandai masuknya waktu shalat. Beliau pun meminta pendapat para sahabat.

Ada yang mengusulkan bunyi terompet. Namun beliau tidak menyukainya karena menyerupa orang yahudi. Ada yang mengusulkan suara lonceng. Beliau juga tidak menyukainya, karena menyerupai orang nasrani. Rasulullah pun belum menentukan cara yang paling baik.

Hingga keesokan harinya, Abdullah bin Zaid Al-Anshari mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia menceritakan mimpinya kepada Rasulullah.

Abdullah bin Zaid berkata, "Dalam mimpi, aku melihat ada seseorang yang berjalan membawa lonceng. Aku memanggilnya dan ingin membeli loncengnya. Orang itu bertanya, "Hendak kau apakan lonceng ini?" Aku menjawab, "Akan aku gunakan untuk menandai waktu shalat. "Orang itu lalu berkata, "Maukah engkau aku tunjukan cara yang lebih baik?" Aku jawab, "Tentu saja. Cara apakah itu?" Lalu orang itu mengumandangkan seperti ini: "Allalhu akbar, allahu akbar.... asyhadu an laa ilaaha illallah (2x), asyhadu anna muhammadan rasulullah (2x), hayya ala shallah (2x), hayya alal falah (2x), allahu akbar,allahu akbar, laa ilaaha illa allah!"

Rasulullah lalu berkata, "Sungguh itu adalah mimpi yang benar, insyaallah. Berdirilah bersama Bilal. Ajarkan itu kepadanya agar ia kumandangkan, karena suaranya lebih lantang dari suaramu."

Maka, Bilal mengumandangkan adzan. Suaranya bergema ke seluruh Madinah. Orang-orang mendengarnya segera berbondong-bondong mendatangi masjid Nabawi.Termasuk Umar bin Khattab. Umar bergegas menemui Rasulullah, lalu berkata, "Demi Dzat yang mengutusmu dengan al-Haq. wahai Rasulullah, sungguh aku telah bermimpi seperti mimpi Abdullah itu."

Maka Rasulallah bersabda, "Maka segala puji hanya bagi Allah atas hal itu."

Semenjak itu, Bilal senantiasa mengumandangkan adzan untuk menandai datangnya waktu shalat. Bilal menjadi muadzin pertama dan selalu menjadi muadzin Rasulullah. Itulah adzan, seruan yang menggetarkan hati orang-orang beriman untuk bergegas mendirikan shalat. Seruan indah yang terus berkumandang tanpa henti di seluruh muka bumi hingga datangnya hari kiamat.

Maka, tak layak bagi seorang muslim merasa terganggu dengan kumandang adzan. Hanya orang-orang munafik dan orang-orangkafir yang tidak menyukai kumandang adzan.

Sumber : Adzkia

Posting Komentar untuk "Kisah Awal Mula Seruan Azan"