Kisah Harut dan Marut
Gambar : Pixabay.com
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari 'Assham Bin Rawwad, dari Adam, dari Abu Ja'far, dari Qais bin 'Ubaid, dari Ibnu Abbas r.a.berkata Ibnu Abbas:
“Semakin lama semakin banyak juga manusia anak cucu Adam di permukaan bumi ini. Dan semakin banyak pula kerusakan dan maksiat-maksiat yang mereka lakukan. Di antaranya mereka kafir terhadap Allah. Melihat kejadian itu, para Malaikat di langit lalu berkata kepada Tuhan: Ya Tuhan, alam yang Engkau ciptakan untuk tempat berbakti dan beribadat terhadap Engkau, sudah dijadikan manusia menjadi tempat mengengkari (mengkafirkan) Engkau, tempat berbunuh-bunuhan, memakan harta haram, berzina, mencuri, minum tuak, dan lain-lain perbuatan mungkar.'
Kemudian kepada para Malaikat diperintahkan memilih dua Malaikat. Mereka lalu memilih Harut dan Marut. Kedua Malaikat yang bernama Harut dan Marut ini diperintahkan turun ke bumi. Kepada kedua Malaikat ini dibangkitkan Allah semua nafsu. dan keinginan-keinginan yang ada pada manusia (Bani Adam). Kepada kedua Malaikat ini diperintahkan oleh Allah agar beribadat dan mematuhi perintah Allah, dan jangan mempersekutukan Tuhan, keduanya dilarang Allah membunuh jiwa yang dilarang membunuhnya, dilarang memakan harta yang haram, berzina, mencuri dan minum tuak. Kedua Malaikat itu turunlah ke bumi dan bertempat tinggal padanya beberapa lamanya, menghukum antara manusia dengan hak, yaitu di zaman Nabi Idris a.s.
Di saat itu ada seorang wanita yang kecantikannya di tengah wanita-wanita sebagai Venus (kejora) di tengah segala bintang. Kedua Malaikat itu lalu mendatangi wanita itu, mulai merayunya untuk menyerahkan kehormatannya. Wanita itu menolak kecuali bila kedua Malaikat itu menganut akan agama yang dianutnya. Keduanya lalu menanyakan agama apa yang dianut wanita itu. Wanita itu lalu mengeluarkan berhala (patung) dan berkata: Inilah yang aku sembah. Kedua Malaikat itu berkata: Kami tak ada keinginan menyembah patung itu. Lalu keduanya kembali dengan sedih. Kemudian kembali keduanya mendatangi wanita tersebut dengan maksud yang sama, yang juga dijawab seperti penjawaban pertama, sehingga kedua Malaikat itu kembali dengan hampa. Dan demikian pula kali yang ketiganya.
Karena keduanya tetap tidak mau menyembah berhala, maka wanita itu menyuruh pilih satu di antara tiga perkara: menyembah berhala, membunuh satu jiwa (orang) yang tak bersalah, atau minum tuak. Keduanya berfikir bahwa pertama dan kedua tidak pantas, yang lebih ringan dosanya ialah meminum tuak. Lalu kedua Malaikat itu meminum tuak. Dan baru saja keduanya meminum tuak itu, keduanya menjadi mabuk, lalu mengadakan hubungan kelamin dengan wanita tersebut. Dan karena keduanya takut bahwa laki-laki yang tak bersalah itu akan menceritakan pelanggaran berat itu kepada orang banyak, lalu kedua Malaikat itu membunuh laki-laki yang tak bersalah itu.
Setelah kedua Malaikat itu sembuh dari mabuknya, dan menyadari bahwa keduanya sudah melakukan dosa-dosa yang amat berat, keduanya ingin naik kembali ke langit, tetapi sudah tidak sanggup, sebab antara bumi dan langit dipasang tutup bagi keduanyà.
Melihat kejadian itu sadarlah semua Malaikat yang ada di langit, bahwa manusia yang tak kenal akan alam gaib pantas kurang takut mereka berbuat dosa, sehingga dapat mereka mengerti kalau banyak manusia yang berbuat dosa. Sejak saat itu seluruh Malaikat di langit di samping memuji Allah, mereka selalu berdoa agar Allah sudi kiranya mengampuni dosa-dosa manusia beriman yang tinggal di muka bumi ini.
Terhadap kedua Malaikat yang dijadikan percobaan itu oleh Allah disuruh pilih menjalani siksa dunia atau siksa akhirat. Keduanya memilih siksa dunia, karena dunia ini tidak kekal, sedang siksa akhirat adalah siksa yang kekal. Begitulah kedua Malaikat itu disiksa Allah di Babil.
Akhirnya banyak manusia yang mendatangi Malaikat ini untuk belajar ilmu sihir yang dapat menceraikan antara suami-isteri. Kedua Malaikat itu tak lupa menerangkan kepada orang banyak, bahwa ilmu sihir itu adalah sebagai fitnah bagi mereka, dan tidak akan berbekas apa-apa kecuali dengan izin Allah jua, dan pasti mendatangkan kerusakan semata. Sekalipun begitu, masih banyak saja manusia yang ingin mempelajarinya yang terang tidak mendatangkan manfaat dan malah akan mendapatkan siksa yang amat berat di akhirat nanti. Alangkah busuknya harga yang mereka perdapat dengan menjual diri mereka masuk Neraka.”
Dalam Surat Al-Baqarah ayat 102 Allah berfirman:
“Dan mereka (Yahudi) mengikuti apa-apa yang diceritakan oleh Setan-Setan tentang kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kufur, hanya Setan-Setan itulah yang kufur. Mereka ajarkan ilmu sihir kepada manusia, dan ilmu yang diturunkan kepada 2 Malaikat di Babil, bernama Harut dan Marut, padahal keduanya tidak mengajarkan melainkan sesudah berkata: Kami ini tidak lain melainkan satu percobaan, sebab itu janganlah engkau kufur. Tetapi tetap mereka (Yahudi) belajar dari kedua (Malaikat) itu (ilmu) buat menceraikan antara suami dan isteri, dan mereka tidak bisa membahaya-kan seseorang melainkan dengan izin Allah. Tetapi mereka telah mempelajari apa yang membahayakan mereka dan tidak memberikan manfaat kepada mereka padahal mereka itu tahu, balwasanya orang yang menggunakan (sihir) itu tidak mendapatkan kebahagiaan yang baik di akhirat kelak, dan alangkah busuknya suatu (harga) yang dengannya mereka jual akan diri-diri mereka, jika mereka mengetahui.” (Q.S Al-Baqarah:102).
Ayat tersebut membantah tuduhan Yahudi yang mengatakan bahwa Sulaimanlah yang mula mengajarkan ilmu sihir, tetapi yang sebenarnya Setan-Setanlah yang mengajarkan sihir itu. Kemudian sekali lagi mereka dicobai melalui Malaikat Harut dan Marut. Tetapi saja mereka mempelajari sihir kepada kedua Malaikat itu sekalipun keduanya telah memperingatkan bahwa sihir itu adalah cobaan agar mereka jangan melanggar dengan mempelajarinya. Namun mereka tetap mempelajarinya.
Sumber : Tafsir Samudera Al-Fatihah, Karangan Bey Arifin
Posting Komentar untuk "Kisah Harut dan Marut"