Suami Ideal Adalah Suami Yang Cemburu?
Suami Ideal Adalah Suami Yang Cemburu?
Gambar : pixabay.com
Setiap manusia pasti mempunyai sifat cemburu, sifat ini merupakan sifat lahiriah manusia. Sifat cemburu ada pada setiap insan, baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi tingkat atau rasa cemburu yang dimiliki oleh setiap orang berbeda-beda. Bagi yang sudah berkeluarga, rasa cemburu bisa datang kapan saja tanpa diduga. Bagi seorang suami, maka perlu mengetahui lebih jauh tentang cemburu yang diperbolehkan, agar tidak melahirkan kedhaliman dalam keluarganya.
Seorang suami yang ideal itu memiliki sifat cemburu terhadap istrinya dalam batasan-batasan syariat Islam, tetapi tidak sampai berburuk sangka dan menuduhnya. Pada dasarnya cemburu itu termasuk sifat yang terpuji, karena Allah SWT memiliki sifat ini sesuai dengan keagungan-Nya, dan sifat-sifat-Nya tidak ada sesuatu apa pun yang dapat menyamainya.
Rasulullah SAW bersabda,
“Sungguh tidak ada sesuatu pun yang lebih cemburu daripada Allah 'Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari)
Selanjutnya, Beliau SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah·'Azza wa Jalla cemburu, maka hendaklah setiap dari kalian cemburu” (Hadits hasan lighairihi yang diriwayatkan oleh Imam Abu Ya'la dalam kitab “Al Majma'" (4/327), Thabrani (1071) dalam kitab “Al Ausath”,
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih cemburu daripada Allah, oleh karena itu diharamkan perbuatan jahat. (HR. Bukhari)
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta'ala cemburu, orang Mukmin cemburu dan cemburu Allah adalah ketika seorang mukmin melakukan apa yang diharamkan Allah 'Azza Wa Jalla." (HR. Bukhari)
Maka tidak diragukan lagi bahwa seorang suami yang ideal memiliki sifat cemburu terhadap istrinya dan akan marah ketika larangan-larangan-Nya dilakukan.
Bentuk-bentuk Kecemburuan Yang Positif Dan Yang Negatif Agama Islam mengajarkan kita para suami dan istri bahwa sifat cemburu itu ada dua bentuk, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ka'ab bin Malik radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Cemburu itu ada dua macam, cemburu yang dicintai Allah dan cemburu yang dibenci-Nya.” Para sahabat bertanya,“Seperti apakah cemburu yang dicintai Allah itu?" Beliau menjawab,“Kelika kau melakukan maksiat kepada Allah 'Azza wa Jalla", mereka bertanya adapun yang dibenci-Nya?” beliau menjawab, “Kecemburuan salah seorang di antara kalian terhadap sifat-sifainya." (HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Cemburu yang dicintai Allah adalah cemburu pada hal yang meragukan, adapun cemburu yang dibenci-Nya adalah cemburu pada hal yang tidak diragukan.”(HR. Imam Al Kharaaithi (752) dalam kitab “Al Ightilal Al Quluub", yang telah di tahqiq, dan Ibnu Qayyim meriwayatkan dalam kitab “Raudhatul Muhibbin”)
“Al ghiirah firraibah” maksudnya adalah cemburu terhadap hal-hal yang meragukan,karena faidahnya jelas yaitu untuk membuatnya takut dan jera, tetapi jika bukan pada hal ini akan mengakibatkan kebencian dan fitnah.
Abdullah bin Syadad mengatakan,“Cemburu itu ada dua macam. yaitu cemburu seseorang untuk kemaslahatan keluarganya dan cemburu yang menyebabkannya masuk neraka.”
Cemburu yang bersifat negatif dan merusak ini tidak boleh dimiliki oleh suami yang ideal, oleh karena itu tidak boleh mencari-cari kesalahan dan memata-matai istrinya setiap saat karena dorongan cemburu buta, juga tidak boleh berburuk sangka hanya karena sedikit kesalahan dalam tutur kata atau perilaku yang tidak berkenan.
Agar suami tidak terperosok pada lembah cemburu yang bersifat destruktif ini hendaknya ia melakukan antisipasi seperti mengunci pintu tempat ia masuk agar tidak datang terlambat dan tidak berburuk sangka.
Sahabat Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah SAW membenci seseorang yang datang ke rumah istri pada malam hari.
Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah SAW melarang seseorang yang duduk-duduk membicarakan aib orang lain kemudian pulang ke rumah istrinya pada malam hari, menuduhnya telah menyeleweng dan mencari-cari kesalahannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kata “Ath-Thuruuq”, artinya adalah datang perjalanannya, pada malam hari, atau datang dari mana saja pada malam hari karena kelalaiannya, atau setiap orang yang datang pada malam hari dikatakan “Ath-Thaariq”, datang pada siang hari tidak disebut istilah ini kecuali hanya pada istilah majaz.
Kata “lailan yatakhawwanahum”, dengan menuduhnya ia menyeleweng, mengungkit-ungkit kesalahannya dan agar ia mengaku menyeleweng.
Hadits ini melarang keras kepada para suami untuk mencari-cari kesalahan dan berburuk sangka terhadap istrinya, karena baháya suudzan ini sangat besar karena dapat mengurai kuatnya ikatan pernikahan, hilangnya cinta yang tertancap di hati, dan menciptakan keragu-raguan di sela-sela kehidupan keluarga.
Dikutip dari Buku : Istri dan Suami Ideal menurut Rasulullah SAW, Majdi Fathir Sayyid
Posting Komentar untuk "Suami Ideal Adalah Suami Yang Cemburu?"