Berbakti Kepada Orang Tua adalah Jalan Menuju Syurga (Kisah Uwais Al-Qarni)
Uwais Al-Qarni adalah seorang Pemuda yang hidup di zaman Nabi Muhammad SAW. Ia hidup di pinggiran Kota Yaman. Uwais Al-Qarni adalah seorang penduduk miskin yang hidup bersama ibunya. Ciri fisiknya, ia mempunyai penyakit sopak pada tubuhnya. Uwais Al-Qarni dan ibunya masuk Islam ketika mendengar seruan dakwah Nabi dari Mekkah. Tiada yang mengenalnya dan tidak ada yang pernah bercerita tentangnya. Hanya Rasulullah yang menceritakan bahwa ada seorang Pemuda yang sangat dicintai oleh penduduk langit, yang apabila ia berdo’a, maka Allah pasti akan mengabulkan do’anya.
Dalam satu hadist riwayat Ahmad disebutkan, ketika Rasulullah bersama dengan sahabatnya, beliau pernah berkata: “Apabila suatu masa kalian berjumpa dengan seorang Pemuda yang bernama Uwais Al-Qarni, maka mintalah do’a dan pengampunan Allah kepadanya, karena dia mempunyai tinggi di sisi Allah SWT. Hadist inilah yang menginspirasi para sahabat selama bertahun-tahun menunggu kedatangan Uwais Al-Qarni.
Semasa hidupnya Rasulullah SAW tidak pernah bertemu langsung dengan Uwais Al-Qarni, akan tetapi cerita mengenai kehidupan Uwais Al-Qarni merupakan berita yang langsung dari Allah. Jadi apa rahasia istimewa yang dimiliki oleh Uwais Al-Qarni sehingga ia menjadi orang yang sangat mulia dan Allah sangat sayang kepadanya.
Dikisahkan, Uwais Al-Qarni hidup bersama ibunya yang sudah tua, kondisi fisik ibunya sudah sangat lemah. Sang ibu lumpuh dan tidak mampu berjalan, selain itu ibunya juga buta matanya sehingga tidak bisa melihat. Akan tetapi bagaimanapun kondisi ibunya, Uwais Al-Qarni tidak pernah mengeluh, bahkan terus mengurus dan menuruti apa saja keperluan ibunya.
Hingga pada suatu hari, ibunya meminta kepada Uwais Al-Qarni agar sebelum ajalnya, ia ingin sekali menunaikan ibadah haji. Mendengar permintaan ibunya, Uwais Al-Qarni tidak mampu berkata-kata, karena permintaan itu sangalah sulit untuk dipenuhi. Jarak antara Yaman dan Mekkah yang cukup jauh, melewati padang yang tandus dan panas, tidak ada biaya dan perbekalan, selain itu tidak ada kendaraan menjadi kendala bagi Uwais untuk memenuhi permintaan ibunya.
Akan tetapi kondisi seperti itu, tidaklah membuat Uwais Al-Qarni untuk menyerah, bahkan menjadikannya semakin semangat berbakti kepada orang tuanya. Iapun berjanji pada ibunya untuk memenuhi keinginannya untuk berhaji. Hingga suatu hari, dengan sedikit uang yang dimiliknya, Uwais membeli seekor anak lembu. Sehari-hari ia menggendong anak lembu tersebut naik-turun ke atas bukit, sehingga orang-orang banyak yang heran melihatnya. Akan tetapi Uwais Al-Qarni tetap melakukannya. Ia Menggendong anak lembu selama berbulan-bulan, sampai anak Lembu tersebut semakin bertambah besar. Setelah berbulan-bulan menggendong sapi, Uwais Al-Qarni pun bertambah kuat, dan beban yang biasanya berat menjadi tidak terasa lagi.
Pada hari yang sudah ditentukan, Uwais Al-Qarni dan ibunya akhirnya berangkat menunaikan ibadah haji. Ia menggendong Ibunya dari Yaman ke Mekkah, tanpa mengeluh sedikitpun, menunjukkan keteguhan dan besar cinta kepada ibunya. Sesampainya di Mekkah, mereka melaksanakan ibadah haji. Di depan Kakbah, Uwais menggendong ibunya melaksanakan Wukuf. Kemudian Uwais berdoa agar Allah SWT mengampuni dosa ibunya. Sang ibu pun bertanya bagaimana dengan dosa dirinya sendiri. Uwais Al-Qarni pun menjawab, “Dengan terampuninya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridha dari Ibu yang akan membawaku ke surga.”
Demikian sepenggal kisah Uwais Al-Qarni, yang memberi kita pelajaran, jangan pernah menganggap remeh orang lain, karena kita tidak mengetahui amalan dan kedudukannya disisi Allah SWT. Kisah ini membuktikan bahwa berbakti kepada orang tua (birrul walidain) merupakan amalan paling utama yang diperintahkan Allah SWT. Dengan amal bakti kepada orang tua menjadikan do’a Uwais Al-Qarni selalu diterima oleh Allah SWT dan dibukakan pintu Surga kepadanya.
Admin
Posting Komentar untuk "Berbakti Kepada Orang Tua adalah Jalan Menuju Syurga (Kisah Uwais Al-Qarni)"