Cemburu Seperti Apakah Yang Diperbolehkan Dalam Islam
Semua
manusia punya sifat cemburu, Sifat cemburu merupakan sifat lahiriah yang sudah
ada pada pada diri manusia sejak pertama dilahirkan. Sepanjang kehidupannya,
manusia akan selalu dihinggapi oleh rasa cemburu. Berbagai macam penyebab
munculnya rasa cemburu. Namun tidak semua cemburu bernilai positif, ada kalanya
juga rasa cemburu berakibat negatif.
Islam memberikan batasan mengenai berbagai permasalahan, termasuk yang
berkaitan dengan hati. Rasa cemburu tersimpan di dalam hati, ia tak akan nampak
apabila tidak diungkapkan dengan lisan dan perbuatan. Jadi, bagaimana caranya
agar cemburu tersebut bisa membawa kepada kebaikan? Dalam sebuah hadist dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : “Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang:
seorang yang diberikan pemahaman Al-Qur’an oleh Allah, kemudian dia membacanya
di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangga yang mendengar
bacaan Al-Qur’an tersebut berkata: “Seandainya aku diberikan pemahaman
Al-Qur’an seperti si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca
al-Qur-an) seperti yang diamalkannya. Dan seorang yang diberikan limpahan harta
oleh Allah kemudian dia menggunakannya, lalu ada orang lain yang berkata:
“Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si
Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang
diamalkannya” (HR. Al-Bukhari).
“Iri atau cemburu” dalam hadist di atas adalah iri yang benar dan tidak
tercela, yaitu al-gibthah, yang artinya menginginkan nikmat yang Allah berikan
kepada orang lain tanpa mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut.
Dalam hadist di atas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya rasa cemburu
terhadap kelebihan harta dan ilmu yang dimiliki seseorang diperbolehkan,
sepanjang tujuannya untuk meningkatkan amalan kebaikan. Semakin banyak ilmu dan
harta, maka semakin banyak pula amal kebaikan yang dapat dikerjakan.
Oleh karenanya jadikan rasa cemburu menjadi motivasi agar semakin giat bekerja
untuk menambah harta dan juga dengan menambah ilmu pengetahuan, akan tetapi
setelah ilmu dan harta didapatkan, janganlah lupa pada tujuan semula, yaitu
jadikan ilmu dan harta sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.
Rasulullah SAW juga menjelaskan sebab yang menjadikan mereka pantas untuk
dicemburui adalah bukan karena mereka memiliki kelebihan dunia, tetapi karena
mereka mampu untuk menundukkan hawa nafsu yang mencintai dunia secara
berlebihan, sehingga harta yang mereka miliki tidak menghalangi mereka untuk
meraih keutamaan tinggi di sisi Allah SWT. Rasa cemburu dalam berbuat amalan
kebaikan akan membuat orang menjadi berlomba-lomba mengerjakan amal shalih yang
pada akhirnya akan mendatangkan cinta Allah SWT.
Selain cemburu tentang hal di atas, cemburu dalam menjaga hubungan antara suami
dan isteri juga diperbolehkan, bahkan Allah SWT melaknat para suami yang tidak
punya rasa cemburu apabila isterinya berbuat yang dilarang oleh Allah SWT. Akan
tetapi cemburu juga harus rasional, agar kita dapat menahan diri dari berbagai
hal buruk dan konflik yang mungkin bisa terjadi.
Cemburu
pada suami istri merupakan hal yang wajar, akan sangat aneh apabila ada rumah
tangga yang berlalu begitu saja tanpa rasa cemburu. Banyak penyebab timbulnya
rasa cemburu, akan tetapi cara menyikapi rasa cemburulah yang menjadi penilaian
Allah terhadap diri seseorang.
Orang
yang beriman akan menggunakan rasa cemburunya untuk hal-hal positif, terutama
dalam memotivasi diri sendiri, agar kualitas kehidupan, amal ibadah serta ilmu
yang dimiliki bisa lebih meningkat dibandingkan yang lain. Cemburu yang positif
tidak akan menjadikan orang lain sebagai lawan yang harus disingkirkan,
melainkan ia akan menjadikannya contoh atau rekan yang akan bersama-sama menuju
kesuksesan.
Posting Komentar untuk "Cemburu Seperti Apakah Yang Diperbolehkan Dalam Islam"