Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cemburu Seperti Apakah Yang Diperbolehkan Dalam Islam

Cemburu Seperti Apakah Yang  Diperbolehkan Dalam Islam
Gambar : Pixabay.com

Semua manusia punya sifat cemburu, Sifat cemburu merupakan sifat lahiriah yang sudah ada pada pada diri manusia sejak pertama dilahirkan. Sepanjang kehidupannya, manusia akan selalu dihinggapi oleh rasa cemburu. Berbagai macam penyebab munculnya rasa cemburu. Namun tidak semua cemburu bernilai positif, ada kalanya juga rasa cemburu berakibat negatif.

Islam memberikan batasan mengenai berbagai permasalahan, termasuk yang berkaitan dengan hati. Rasa cemburu tersimpan di dalam hati, ia tak akan nampak apabila tidak diungkapkan dengan lisan dan perbuatan. Jadi, bagaimana caranya agar cemburu tersebut bisa membawa kepada kebaikan? Dalam sebuah hadist dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda:


Artinya : “Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang: seorang yang diberikan pemahaman Al-Qur’an oleh Allah, kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangga yang mendengar bacaan Al-Qur’an tersebut berkata: “Seandainya aku diberikan pemahaman Al-Qur’an seperti si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur-an) seperti yang diamalkannya. Dan seorang yang diberikan limpahan harta oleh Allah kemudian dia menggunakannya, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari).

“Iri atau cemburu” dalam hadist di atas adalah iri yang benar dan tidak tercela, yaitu al-gibthah, yang artinya menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain tanpa mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut.

Dalam hadist di atas, Rasulullah SAW menjelaskan bahwasanya rasa cemburu terhadap kelebihan harta dan ilmu yang dimiliki seseorang diperbolehkan, sepanjang tujuannya untuk meningkatkan amalan kebaikan. Semakin banyak ilmu dan harta, maka semakin banyak pula amal kebaikan yang dapat dikerjakan.

Oleh karenanya jadikan rasa cemburu menjadi motivasi agar semakin giat bekerja untuk menambah harta dan juga dengan menambah ilmu pengetahuan, akan tetapi setelah ilmu dan harta didapatkan, janganlah lupa pada tujuan semula, yaitu jadikan ilmu dan harta sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Allah SWT.

Rasulullah SAW juga menjelaskan sebab yang menjadikan mereka pantas untuk dicemburui adalah bukan karena mereka memiliki kelebihan dunia, tetapi karena mereka mampu untuk menundukkan hawa nafsu yang mencintai dunia secara berlebihan, sehingga harta yang mereka miliki tidak menghalangi mereka untuk meraih keutamaan tinggi di sisi Allah SWT. Rasa cemburu dalam berbuat amalan kebaikan akan membuat orang menjadi berlomba-lomba mengerjakan amal shalih yang pada akhirnya akan mendatangkan cinta Allah SWT.

Selain cemburu tentang hal di atas, cemburu dalam menjaga hubungan antara suami dan isteri juga diperbolehkan, bahkan Allah SWT melaknat para suami yang tidak punya rasa cemburu apabila isterinya berbuat yang dilarang oleh Allah SWT. Akan tetapi cemburu juga harus rasional, agar kita dapat menahan diri dari berbagai hal buruk dan konflik yang mungkin bisa terjadi.

Cemburu pada suami istri merupakan hal yang wajar, akan sangat aneh apabila ada rumah tangga yang berlalu begitu saja tanpa rasa cemburu. Banyak penyebab timbulnya rasa cemburu, akan tetapi cara menyikapi rasa cemburulah yang menjadi penilaian Allah terhadap diri seseorang.

Orang yang beriman akan menggunakan rasa cemburunya untuk hal-hal positif, terutama dalam memotivasi diri sendiri, agar kualitas kehidupan, amal ibadah serta ilmu yang dimiliki bisa lebih meningkat dibandingkan yang lain. Cemburu yang positif tidak akan menjadikan orang lain sebagai lawan yang harus disingkirkan, melainkan ia akan menjadikannya contoh atau rekan yang akan bersama-sama menuju kesuksesan.


Posting Komentar untuk "Cemburu Seperti Apakah Yang Diperbolehkan Dalam Islam"